Case Fatality Rate dengan Prespektif Lean Six Sigma
Oleh: Utaminingsih Linarti* dan Cahaya Annissa Fathonah**
Menurut WHO (World Health Organization) sebagai organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempunyai tanggungjawab dalam bidang kesehatan, saat ini dunia sedang menghadapi pandemic dari Covid-19. Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus. Ini merupakan virus baru dan menyebar pertama kali di kota Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Indonesia mulai muncul kasus Covid-19 pada bulan Februari 2020 dan terus mengalami pelonjakan kasus terinfeksi Covid-19. Data terakhir hingga 2 mei 2020 terdapat 10.551 kasus dengan total kematian sebanyak 800 kasus (www.ourworldindata.com). Gambar 1 menunjukkan grafik peningkatan jumlah kumulatif kasus terinveksi Covid-19 dan jumlah kasus kematian per hari hingga tanggal 8 Mei 2020.
Perbandingan antara penambahan kasus infeksi covid-19 dengan jumlah kasus kematian terlihat gap yang signifikan dan kecenderungan pola data berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh yaitu jumlah kasus terinfeksi Covid-19 dan jumlah kasus kematian dapat ditentukan besarnya case fatality rate (CFR) atau tingkat fatalitas kasus. Case Fatality Rate (CFR) adalah angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu pada periode waktu tertentu dibagi jumlah kasus dari penyakit.
Gambar 2 memperlihatkan Case Fatality Rate untuk Indonesia hingga tanggal 8 Mei 2020. Terlihat adanya penurunan CFR, meskipun demikian tidak bisa dijadikan sebagai acuan dalam kesimpulan penurunan kasus Covid-19.
Setiap negara memiliki bentuk kurva CFR masing-masing, beberapa memiliki bentuk pola yang sama atau bahkan sangat ekstrem berbeda. Tentu saja dapat menggambarkan seberapa besar tingkat fatalitas di sebuah negara.
Gambar 3 merupakan grafik CFR beberapa negara dengan kasus Covid-19 yang sangat berdampak. Kurva sangat ekstrem terlihat pada Italia, dengan jumlah kasus terinfeksi Covid-19 yang tinggi, CFR menunjukkan angka lebih besar dari 12% dengan pola data menunjukkan peningkatan. Thailand dan Korea Selatan memiliki CFR paling rendah yaitu di bawah 2% dengan pola data landai. Jerman meskipun terlihat memiliki pola data meningkat namun CFR menunjukkan angka kecil, yaitu dibawah 5%. Sedangkan China dan Amerika Serikat memiliki CFR di bawah 6% tapi memiliki pola data berbeda. Amerika Serikat menunjukkan penurunan CFR namun pada akhir Maret 2020 mengalami peningkatan CFR. Sedangkan China cenderung landai dan steady dengan peningkatan CFR pada pertengahan April 2020 sebesar 1-2%. Sedangkan Indonesia, memiliki CFR di bawah 9% dengan pola data awal pertengahan Maret 2020 yang menunjukkan adanya lonjakan peningkatan signifikan dan terlihat penurunan pada pertengahan April 2020.
CFR memang tidak dapat digunakan sebagai penjelasan tentang besarnya risiko kematian penyakit Covid-19. Namun besarnya prosentase CFR dan pola data yang menunjukkan penurunan kurva dapat menjelaskan beberapa faktor yang dapat diuraikan baik dari kasus terinfeksi Covid-19 dan juga kasus kematian. Kurva CFR akan terlihat mencerminkan keparahan penyakit dalam konteks tertentu, pada waktu tertentu, dalam populasi tertentu.
Kurva CFR dapat menurun atau meningkat seiring dengan kondisi respon serta waktu. Ketika respon berubah dan dapat bervariasi berdasarkan lokasi dan karakteristik populasi yang terinfeksi.
Berdasarkan Gambar 3, berlaku konteks tertentu yang diterjemahkan dalam sebuah karakteristik atau faktor seperti umur, jenis kelamin, penyakit yang diderita sebelumnya seperti jantung, diabetes militus (DM), perokok, kepedulian diri akan kebersihan dan lain-lain. Selain itu, ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga medis pemerintah untuk menangani pasien yang terinfeksi Covid-19 juga menjadi faktor respon. Berkaitan dengan upaya yang melibatkan masyarakat maka faktor regulasi pemerintah dalam menangani penyakit Covid-19 juga memberikan dampak respon.
Perbandingan kurva akan lebih lengkap dengan dilakukannya analisis terhadap faktor urai untuk jumlah terinfeksi Covid-19 dan kasus kematian suatu negara. Selain itu juga bergantung pada jumlah individu yang dilakukan pengecekan terinveksi atau tidak. Perlu adanya perencanaan yang komprehensif dalam penanganan penyakit Covid-19.
Sama halnya dalam sebuah perusahaan, sebuah permasalahan utama dapat melibatkan beberapa faktor lain yang menjadi faktor pendukung maupun faktor intervensi. Adanya kondisi ketidakpastian dari sebuah informasi akan berpengaruh pada penyelesaian permasalahan tersebut.
Selain itu penyelesaian masalah bukan hanya bersifat parsial atau untuk satu waktu tertentu melainkan bisa jadi menjadi sebuah permasalahan rutin yang perlu perbaikan terus menerus. Penyakit Covid-19 bisa dipandang sebagai permasalahan yang tidak cukup diselesaikan pada saat ini. Beberapa ahli dan pakar menyampaikan bahwa dampaknya bisa satu tahun ke depan kita belum tahu apakah penyakit ini benar-benar akan hilang, anti virus juga masih dikembangkan sebagai upaya pencegahan.
Pendekatan lean six sigma dengan proses looping Define, Measure, Analysis, Improve dan Control (DMAIC) dapat digunakan sebagai framework dalam upaya penurunan CFR. DMAIC merupakan pendekatan yang biasanya untuk mengukur adanya produk cacat pada sebuah perusahaan atau upaya meningkatkan kualitas produk, namun dalam hal ini produk cacat dapat dianalogikan sebagai kepuasan pasien atau meningkatkan keselamatan pasien dengan menghilangkan kesalahan yang mengancam jiwa. Bisa juga sebagai peningkatan efisiensi dan efektivitas fasilitas kesehatan sebagai upaya penangan penyakit COVID-19 dengan penurunan CFR.
Penjelasan masing-masing tahapan DMAIC yaitu tahap define merupakan tahapan awal yaitu perlu adanya statement permasalahan, proses mapping, ataupun diagram sebab-akibat. Indonesia dengan wilayah kepulauan yang besar dapat diurai berdasarkan klasterisasi atau zona jumlah terinfeksi Covid-19 atau berdasarkan geografi. Namun paling tidak secara general sama sehinga tinggal diturunkan sesuai kriteria tadi.
Kedua adalah Measure dimana diperlukan Measurement System Analysis (MSA) kemudian akan terdapat kebutuhan data baseline matrik perfomansi. Perlu dilakukan kajian terhadap kesesuaian alat ukur dalam MSA.
Tahap selanjutnya adalah Analysis, dapat dilakukan beberapa analisis terkait efisiensi dan efektivitas fasilitas kesehatan dengan penurunan CFR. Kertelibatan faktor urai yang mempengaruhi jumlah terinfeksi Covid-19 dan juga jumlah kasus kematian. Karena data tidak konstan dalam satu waktu tertentu, atau bersifat dinamis maka kita dapat melakukan sebuah simulasi menggunakan pendekatan sistem dinamis untuk memprediksi perubahan CFR dengan faktor yang mempengaruhi maupun faktor intervensi dalam model. Berbagai data informasi yang diperoleh dapat pula dilakukan prediksi menggunakan model-model data science terhadap CFR meskipun belum dapat dikatakan sebagai solusi yang akurat dan mampu menjelaskan kondisi permasalahan nyata. Tahap ini disebut juga sebagai tahapan untuk mendapakan variasi-variasi sumber utama.
Tahap Improve merupakan tahap validasi atau implementasi terhadap hasil analisis yang diperoleh sebagai proses perbaikan aktivitas sebelumnya.
Terakhir adalah tahapan kontrol merupakan aktivitas perbaikan berkelanjutan dalam penangan Covid-19 baik secara komprehensif pemerintah, fasilitas kesehatan dan masyarakat untuk penurunan CFR. Ketersediaan data informasi yang lengkap dan update memberikan kemudahan dalam penanganan penyakit Covid-19.
Tentu saja pendekatan ini memerlukan upaya dan kerja keras yang besar dalam menentukan tahapan awal. Namun tidak menutup kemungkinan hal ini dapat dilakukan dengan uraian yang komprehensif. Sebagai prespektif penanganan penyakit Covid-19 hingga ditemukannya vaksin antivirus di dunia kedokteran atau penanganan lain dari sisi ilmu penyakit. Perlu adanya penyesuaian sistemik melalui perbaikan yang terus menerus untuk berdamai dengan Covid-19.
*Dosen Teknik Industri, UAD
**Mahasiswa S2 Teknik Sistem dan Industri ITS
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow