Ruh Perjuangan Membumikan Islam
Oleh: Haedar Nashir*
Di dalam catatan sejarah, Demak (1475-1554) adalah pusat kerajaan Islam terbesar. Di sini Raden Patah membangun kesultanan. Saya hadir di wilayah yang punya gen perjuangan islam. Demak adalah wilayah yg punya DNA gerakan Islam yang besar. Sebuah wilayah yg punya “The Great tradition” /tradisi besar dalam perjuangan, biasanya menyimpan spirit tak pernah padam. Jika hari ini, seperti disampaikan ketua PDM dan PWM, bahwa kita sdg menyelesaikan RS yang tertunda dua tahun pembangunannya, insyallah ini pekerjaan yg tidak terlalu berat.
Dulu kita banyak melakukan pekerjaan yang kita sebut “ta’awwun”. Bersama sama menyangga pekerjaan besar. Kekuatan besar Muhammadiyah memang pada gerakan amal usaha dari akar rumput yg sifatnya membesar dan mampu bertahan hingga 1 abad dan merata di seluruh tanah air.
Hari kemarin Muhammadiyah menerima tamu dari negeri jiran, yaitu Menteri Luar Ngeri Malaysia. Ia diutus PM Mahathir Mohammad ke Indonesia dan secra khusus diamanati untuk bertemu denga PP Muhammadiyah. Sejak tidak menjadi PM, Datuk Mahathir Muhammad sering berkunjung ke PP Muhammadiyah, dan beberpa kali memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Beliau mendapatkan gelas Doktor Honoris Causa dari UMY pada tahun 2015. Di UMY bahkan didirikan Mahathir Muhammad School of Global Politics. Banyak apresiasi yang diberikan kepada pendidikan Muhammadiyah, dari semua pihak.
Amal usaha Muhammadiyah Bukan wujud fisik semata. Di balik fisik ada ruh, ada spirit. Jika mandeg, berarti ada spirit yang mandeg.
Beliau mengisahkan salah seorang kolega Ahmad Dahlan, Fakhrudin. Di masa muda, Fakhruddin amat disegani Belanda. Ia memiliki pergaulan luas, di antara kawan dekatnya adaah Surjopratomo, seorang tokoh pergerakan kiri. Para tokoh Muhammadiyah di awal berdirinya sangat dekat dengan tokoh-tokoh sekulaer, baik kiri maupun kanan. Fakhrudin muda gelisah karena ia memandang masa depannya seolah tidak cerah. Ia berniat mau berhenti dulu dari Muhammadiyah, namun tidak keluar dari Muhammdiyah. Ia ingin berniaga, menekuni bisnis. Jika telah berhasil ia akan kembali lagi berjuang bersama Muhammadiyah. Ia menghadap KH Ahmad Dahlan, memohon ijin. “Saya ingin berniaga,” katanya. Kyai Dahlan berujar, “Sebaiknya, kamu pulang dulu dan kamu pikirkan lagi.” Keesokan hari Fakhrudin muda kembali menghadap KH Ahmad Dahlan dan berkata, “Kyai, saya tidak jadi berhenti dari muhammadiyah. Saya ingin tetap aktif di Muhammadiyah dan saya akan tetap berniaga.”
Ada fase dari diri seseorang mengalami kegundahan, tidak yakin akan perjuangannya. Bahwa berjuang penuh dengan kerepotan. Perjuangan harus utuh. Kita dapat jadi pebisnis , jadi pegawai, jadi dokter, jadi guru, dan pada saat yang sama kita juga harus berjuang sebagai ‘abdullah dan khalifatullah. Dunia dijadikan ladang pencapaian akherat. Tidak ada pertentangan urusan dunia dan akherat. Kalo kita masih memilih, berarti kita belum utuh memahami ‘Abdullah dan Khalifatullah. Spirit inilah yang dimiliki oleh para pendiri Muhammadiyah.
Di Papua, ada sebuah wilayah terpencil yang penduduk setempat harus menempuh jarak tujuh kilometer untuk menuju sekolah. Akhirnya muhammadiyah berinisiatif membuat sekolah di daerah terpencil tersebut. Penduduk setempat senang. Muhammadiyah menyediakan lahan seluas dua hektar untuk membuka sekolah. Dengan insiatif Muhammadiyah ini seorang tokoh Katolik tersentuh dan ikut membantu memberikan lahan seluas tujuh hektar yang akhirnya diwakafkan untuk Mihammadiyah. Tokoh adat juga ikut mendukung. Spirit ini tidak boleh hilang. Kita boleh kehilangan fisik/materi, tapi ruh perjuangan tdk boleh hilang. Ruh Perjuangan harus selalu kita rawat. Muhammadiyah hadir membawa pencerahan dan kemajuan.
Untuk itu kita tidak pernah berhitung hitung. Sama ketika Ahamad Dahlan berjuang untuk umat, beliau lakukan dengan ikhlas lillahi ta’ala.
Dalam bermuhammadiyah, kita harus menjaga, pertama, “ruhul jihad fi sabilillah,” kedua ”ruhul dakwah wa tajdid.”
Itulah dakwah Muhammadiyah. Untuk itu Muhammadiyah mengajak agar kita kembali kepada aqidah yg lurus dan terhindar dari syirik, ibadah yang sesuai sunnah nabi dan akhlaq karimah seperti dicontohkan nabi Muhammad, kemudian dalam hal muammalah duniawiyah, kita bertajdid. Untuk itu maka organisasi kita mengambil nama dari teladan kita Nabi Muhammad saw. Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad.
Cara berdakwah Kyai Dahlan diwujudkan dalam kerja yang nyata, bukan hanya teori. Surat Alma’un, bertahun-tahun hanya menjadi bacaan dan hafalan. Akan tetapi di tangan Ahmad Dahlan, Almaun melahirkan panti asuhan, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Itulah karakter dakwah Muhammadiyah. Islam dibumikan.
Dicatat dengan cepat oleh: Navi Agustina, PDA Kebumen
Pidato di acara: Silaturahmi PWM Jawa Tengah, 22 Juli 2018, di Demak
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow