ads
Entrepreneurship sebuah Energi Pembebasan

Entrepreneurship sebuah Energi Pembebasan

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Ahmad Syauqi Soeratno

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Dalam kesempatan menghadiri undangan berbagi gagasan pada acara wisuda Sekolah Bisnis Muslim yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kendal, Jawa Tengah, pada Sabtu, 15 September 2018, saya seakan kembali diingatkan bahwa entrepreneurship memiliki energi dan potensi luar biasa untuk menyelesaikan beberapa problematika strategis di negeri ini.

Data BPS menunjukkan bahwa pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis jemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang atau 9,82 persen.

Sebuah angka yang cukup besar dan berpengaruh. Apalagi bila dihadapkan pada ketersediaan dan potensi sumber daya alam dari negeri yang begitu kaya ini.

Di sisi lain, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI menyampaikan fakta bahwa saat ini rasio wirausahawan dibandingkan dengan jumlah penduduk ada di angka sekitar 3 persen. Masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura yang sudah mencapai 7 persen dari total 4 juta penduduknya serta Malaysia yang sudah berada di level 5 persen.

Dari sisi masih cukup besarnya angka kemiskinan dan rendahnya rasio wirausaha di atas, rasanya asumsi bahwa semakin rendah rasio wirausaha di suatu negeri berbanding lurus dengan tingginya angka kemiskinan di negeri tersebut, mungkin saja benar adanya.

Dan menurut saya, entrepreneurship memiliki peran penting untuk mengatasi kedua persoalan tersebut. Karena, setidaknya entrepreneurship dapat menyasar dua aspek, yaitu aspek ekonomi dan aspek mentalitas individu pelakunya.

Secara ekonomi, negeri dengan jumlah dan kualitas entrepreneur yang tinggi akan mendorong terbentuknya berbagai usaha baru, terbukanya lebih banyak lapangan kerja, dan terjalinnya jejaring bisnis yang lebih luas.

Di titik tertentu, efisiensi sumber daya akan terjadi, efektifitas program perekonomian akan tercapai dan pertumbuhan ekonomi akan terangkat secara masif.

Sementara secara individual, entrepreneueship dengan karakteristiknya yang menuntut kreatifitas tinggi, keberanian mengambil resiko dan ketabahan dalam menjalani proses, akan membiasakan seseorang memiliki mental yang kuat. Tidak mudah menyerah dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Dua hal yang merupakan outcome dari entrepreneurship inilah, yang mestinya didorong oleh siapa pun kita. Tidak hanya sekadar untuk mengurangi kemiskinan atau menghilangkan pengangguran. Tetapi juga untuk mengakselerasi kesiapan negeri ini dalam membebaskan diri dari berbagai problematika strategis dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman. Utamanya di era millenial pada saat ini.

Perspektif inilah, yang saya sampaikan dalam sesi saya saat berbagi dengan para wisudawan Sekolah Bisnis Muslim PDM Kendal dan ratusan tamu undangan lain dari berbagai kalangan yang hadir.

Dan melihat situasi perekonomian saat ini, rasanya perspektif ini bukan lagi pilihan. Khususnya bagi mereka yang ingin melihat negeri ini bangkit dan berlari lebih cepat, untuk mewujudkan Indonesia yang kita citakan. Indonesia yang berkemajuan.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait