Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan Awal Lahirnya Muhammadiyah
Sebagai salah satu kampung kuno di kota Yogyakarta, Kauman memang banyak menyimpan bangunan lawas. Juga rumah-rumah berarsitektur tempo dulu. Di antara bangunan itu ada lorong-lorong kecil mirip labirin yang menghubungkan gang-gang kecil. Berjalan di Kauman, kita seolah menyusuri lorong waktu masalalu.
Tak terkecuali Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan, yang merupakan bangunan peninggalan dari salah seorang Pahlawan Nasional yang bernama KH Ahmad Dahlan, yang lahir pada 1 Agustus 1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis. Ia putera KH Abu Bakar, seorang ulama terkemuka di Masjid Kasultanan Yogyakarta. Sementara ibunya, puteri dari Haji Ibrahim, penghulu kasultanan.
Tak banyak memang yang paham peninggalan sejarah di Kauman. Mungkin, kebanyakan hanya mengetahui dari wacana tulisan buku kesejarahan yang imajinatif. Salah satunya adalah istilah Langgar Kidul di Kauman, Gondomanan, Yogyakarta.
Meski cukup banyak beberapa literatur online berkaitan historitas Langgar Kidul sebagai tonggak awal perjalanan KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Realitanya cukup banyak pula pihak yang tak paham betul istilah tersebut.
Kauman memang salah satu kampung yang kecil di kota Yogyakarta. Namun kampung Kauman ini memiliki budaya yang sangat kental dan kuat. Salah satunya adalah budaya membangun langgar atau mushala. Budaya membangun langgar ini hanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki ilmu agama tinggi dan ditinggikan oleh masyarakat. Seperti halnya kiai, khatib Amin, penghulu Keraton, dan orang-orang berkasta sosial tinggi. Sehingga, setiap Kiai di Kauman pasti memiliki langgar sendiri.
Kampung Kauman ini memiliki 10 langgar, yang selalu berada terpisah dengan rumah pemiliknya. Namun juga tidak jauh dari rumah pemiliknya. Seperti halnya kalau di zaman sekarang orang-orang memiliki mushala di dalam rumah. Namun, langgar di Kauman tidak mengumandangkan adzan. “Karena pada dasarnya adzan di Kauman terpusat pada Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta,” jelas Widyastuti, cicit KH Ahmad Dahlan, yang juga Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
KH Dahlan adalah pendiri organisasi Muhammadiyah dan salah seorang tokoh penting pada era pergerakan menuju kemerdekaan Indonesia.
Pada zaman dahulu, Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan digunakan oleh KH Ahmad Dahlan untuk menjalankan ibadah shalat bersama keluarga, berdakwah, dan mengajari penduduk sekitar mengaji.
Para ulama di kampung ini, pada masa itu umumnya memiliki langgar sendiri. Dan menjadi tempat mengaji bagi muridnya yang terdiri dari abdi dalem Keraton dan buruh-buruh pabrik batik.
Bangunan dua lantai itu tersembunyi di balik pertokoan Jalan Gerjen batau Jalan Nyai Ahmad Dahlan Yogyakarta. Berada di tengah pemukiman padat kampung Kauman, dari jalan utama hanya ada gang sempit selebar satu meter untuk mencapainya. Langgar Kidul saat ini juga menerima pengunjung yang datang. Pada hari-hari tertentu serombongan wisatawan datang ke tempat ini. Juga anak sekolah dari seluruh Indonesia.
Langgar yang biasa disebut mushala adalah tempat shalat keluarga. Bangunan ini lazim terpisah dari rumah utama dan berukuran lebih kecil dibanding masjid.
Langgar Kidul bukan sembarang mushala. Pada masalalu, dari langgar inilah lahir Muhammadiyah, organisasi massa (ormas) Islam terbesar di Indonesia selain Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi Muhammadiyah ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman pada 18 November 1912.
Langgar Kidul dulu adalah tempat beribadah keluarga KH Ahmad Dahlan. Letaknya berada di dekat rumah keluarga. Rumahnya di utara langgar dengan atap menyentuh dinding bangunan.
Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan ini sebenarnya diaktifkan oleh murid-muridnya sendiri. Kemudian, saat isterinya Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) sudah mulai bisa mengajar, langgar tersebut digunakan sebagai tempat belajar anak-anak perempuan.
Ketika saat itu anak perempuan semakin banyak yang ikut belajar mengaji di langgar, maka melebarlah hingga teras rumahnya.
Saat awal, diterangkan Widyastuti, KH Ahmad Dahlan membangun langgar banyak mengundang kiai-kiai dari luar daerah untuk berdiskusi di langgarnya.
Ketika kemudian dirasa sudah sempit, banyak murid dan banyak orang berdatangan ke Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan untuk belajar. Maka dibangunlah di bagian depan langgar dengan apa yang kita sebut dengan pawiyatan.
Menurut Widyastuti, pawiyatan adalah ruangan yang dibagi dalam tiga kelas yang dipakai sebagai tempat transit sebelum kemudian KH Ahmad Dahlan mendirikan Kweek School (sekarang SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta).
Sebenarnya, pada awalnya alasan Pawiyatan dibangun untuk mengatasi banyaknya murid perempuan dan laki-laki yang dipisah ketika belajar.
Sampai sekarang, Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan masih terus termanfaatkan. Di antaranya kegiatan Yayasan Ahmad Dahlan, pengajian, pertemuan kampung dan lain sebagainya.
Keadaan Langgar Kidul tampak sederhana. Nihil dari proses pembangunan hal berbau fisikal. Sampai sekarang Langgar Kidul masih tetap eksis dalam pengelolaan. Bukan dibiarkan kosong tanpa perawatan atau sekadar dipakai tempat ibadah belaka.
Langgar Ahmad Dahlan adalah bangunan sarat sejarah, yang merupakan cikal bakal berdirinya Muhammadiyah, dengan segala amal usaha, khususnya di bidang pendidikan yang kini jumlahnya mencapai ribuan dan tersebar di seantero Tanah Air Indonesia.
Tidak terbayangkan bila kemudian bangunan sederhana ini bisa beranak pinak menjadi ribuan sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit dan klinik yang tersebar di segenap penjuru tanah air. Sungguh merupakan keajaiban dari ide perjuangan KH Ahmad Dahlan. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow