Setelah Ramadan, What Next? (Usaha Menjadikan Umat Islam Pelopor Kebaikan)
Oleh: Arif Jamali Muis
-
MEDIAMU.COM - Ramadan 1445 H telah usai, bulan yang suci tempat menempa umat Islam untuk menjadi insan bertakwa telah berlalu,kemeriahan dan kekhusukan Ramadan 1445 H akan selalu kita kenang. Saatnya kita merefleksikan diri apakah kita memang sudah benar – benar menjadi Insan yang bertakwa seperti tujuan dari ibadah puasa Ramadan (QS 2:183), jangan – jangan tempaan Ramadan tidak membekas dalam kehidupan kita?
What Next?
Ramadan sesungguhnya wadah bagi umat islam untuk memproses diri, melatih dan menempa pribadi – pribadi muslim untuk menuju manusia yang takwa. Artinya Ramadan adalah “kawah candra dimuka” yang hasilnya dapat kita lihat dan rasakan sebelas bulan di luar Ramadan.
Lepas Ramadan sesungguhnya bukan akhir dari proses menuju takwa tetapi memasuki bulan syawal adalah awalan momentum untuk menerapkan dan mengaplikasikan apa yang telah didapatkan selama bulan suci Ramadan. Takwa bukanlah akhir tetapi takwa adalah proses untuk selalu menjadi insan yang terbaik, karena tidak ada manusia yang tahu apakah dia sudah mencapai derajat bertakwa atau belum. Ramadan melatih kita untuk berproses yang menjadi bekal dalam kehidupan kita.
Allah SWT hanya memberikan indikasi dari orang bertakwa, paling tidak secara garis besar manusia bertakwa itu dekat dengan Allah SWT ditunjukkan dengan taat dan khusuk dalam beribadah. Secara spritualitas orang bertakwa merasa Allah SWT dekat dan selalu bersamanya. Ramadan mendidik kita untuk selalu menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita. berpuasa tidak hanya berkuasa atas nafsu perut dan syahwat di bawah perut, berpuasa juga berkuasa atas hawa nafsu, bisikan syetan, dan aneka kesenangan duniawi yang menipu dan memperdayai. Lebih penting lagi berpuasa bermakna juga berkuasa atas hati, pikiran, perkataan yang positif dan konstruktif. Kuasa atas segala nafsu duniawi dan bisikan syetan, sehingga membentuk kesucian jiwa, itulah yang dapat memberikan makna hadirnya Tuhan dalam kehidupan kita.
Orang yang sedang beribadah puasa merasa Tuhan dekat, sehingga ketika bertindak dan berfikir dalam koridor kebaikan agama dan kemanusiaan, orang yang sedang berpuasa tidak berani melakukan tindakan – tindakan yang bisa merusak makna puasanya walaupun itu tidak membatalkan puasa. Puasa ingin mengajarkan bahwa kehidupan akan damai dan tenang jika kita bisa menghadirkan Tuhan dalam kehidupan.
Manusia yang bertakwa juga memiliki hubungan kemanusiaan yang baik. Manusia bertakwa hasil tempaan ibadah Ramadan adalah manusia yang selalu berfikir dan bertindak untuk kepentingan sesama. Manusia hasil puasa Ramadan akan selalu berderma baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit, mampu untuk menahan amarah, mudah untuk memaafkan sesama, dan selalu berbuat baik kepada siapapun (QS 3:134). Relasi kemanusiaan yang baik adalah indicator derajat ketakwaan seseorang.
Umat Islam Pelopor Kebaikan
Manusia yang bertakwa adalah pelopor kebaikan di muka bumi ini, selalu membangun peradaban masyarakat, apapun profesi dan perannya di masyarakat. Bagi para pemimpin bangsa yang telah menjalankan ibadah puasa Ramadan satu bulan penuh harus dapat menghadirkan Tuhan dalam setiap langkah dalam memimpin bangsa, merasa takut untuk berbuat zalim, takut untuk korupsi, takut ketika tidak bisa mensejahterakan masyarakat karena merasa Tuhan selalu hadir di dekatnya, sebagaimana ketika sedang beribadah puasa Ramadan yang lalu, begitu juga masyarakat yang beragama Islam harus menjadi pelopor kebaikan di tengah kehidupan ini, menciptakan kedamaian dan ketenangan, selalu menghargai orang lain, tegas tetapi tetap santun dan terhormat.
Ketakwaan yang didapatkan melalui proses tempaan Ramadan tentu tidak berada di menara gading yang hanya soleh secara pribadi belaka, tetapi ketakwaan yang mengakar ke bumi, yang terlihat jelas dalam kehidupan kesahariannya sebagaimana Ibadah puasa yang dilaksanakan juga dalam aktivitas keseharian. Bangsa ini membutuhkan manusia – manusia Indonesia yang berhasil ditempa dalam ibadah puasa Ramadan, sehingga mencapai derajat ketakwaan yang haqiqi bukan ketakwaan yang formalis apalagi aksesoris.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H.
*Penulis adalah Sekretaris PWM DIY
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow