ads
Muhammadiyah dan Struktur Sosial Baru

Muhammadiyah dan Struktur Sosial Baru

Smallest Font
Largest Font

Oleh : Fikri Fadh

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang lahir pada masa kolonial. Berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berjuang semasa orde lama. Berprinsip semasa orde baru. Bersikap dewasa saat reformasi. Hingga saat ini sudah berusia satu abad lebih. Usia yang matang untuk mengaku, “paham” tentang negara ini.

Dalam kiprahnya, Muhammadiyah tidak hanya menjadi organisasi dakwah keislaman. Namun juga menjadi gerakan sosial. Kuntowijoyo, seorang cendekiawan muslim pernah menuliskan tentang Muhammadiyah sebagai gerakan sosial. Sepertinya, tulisan tersebut menjadi masukan yang berarti bagi kader-kader Muhammadiyah. Sehingga Muhammadiyah melakukan evaluasi atas transformasi sosial yang dilakukan.

Bagaimana transfomasi sosial Muhammadiyah menurut Kuntowijoyo?   

Menurut Kuntowijoyo, Muhammadiyah belum memiliki konsep gerakan sosial yang jelas. Selama ini, kegiatan pembinaan warga Muhammadiyah lebih diorietasikan kepada kegiatan untuk mengelola pengelompokan-pengelompokan, yang berdasarkan pada diferensiasi jenis kelamin dan usia. Umpamanya ada Nasyiatul ‘Aisiyah dan ‘Aisiyah untuk kelompok remaja putri dan ibu-ibu. Ada gerakan untuk laki-laki usia muda, yaitu Pemuda Muhammadiyah. Usia pelajar menangah dan atas, ada IPM, sedangkan usia mahasiswa adalah IMM.

Kategorisasi pengelompokan sosial semacam ini sesungguhnya justru bersifat antisosial. Karena pengelompkan berdasarkan usia dan jenis kelamin cenderung mengabaikan adanya realitas stratifikasi dan diferensiasi soisal. Sebenarnya, realitas itulah yang seharusnya mendapat banyak perhatian oleh Muhammadiyah.

Dengan berdasarkan kegiatan pembinaan sosial lebih pada kategorisasi kelamin dan usia, Muhammadiyah seolah-olah menjadi tidak peduli kepada kelompok-kelompok seperti petani, buruh, pedagang kecil, dan TKW/I.

Struktur Sosial Baru

Realitas yang lain –selain yang diuangkap oleh Kuntowijoyo-  adalah adanya masyarakat yang berhimpun diri sesuai bakat dan keminatan. Bahkan ada yang berdasarkan hobi, kepemilikan benda, kesenian dan kebudayaan.  Masyarakat yang berhimpun, akan melahirkan struktur sosial baru. Dampaknya adalah, masyarakat akan berkembang, baik secara kemampuan keilmuan, jejaring dan finansial.

Struktur sosial baru akan melahirkan pula manusia-manusia yang lebih kritis. Terlebih akses informasi dan keilmuan yang semakin mudah. Perkembangan terkonologi, juga yang mempengaruhi lahirnya struktur sosial baru dalam masyarakat. Dengan teknologi, masyarakat dapat mengembangkan jejarignya menjadi lebih luas. Teknologi mempercepat arus informasi, sehingga memperkaya perefrensi dalam membangun masyarakat itu sendiri.

Subjek Struktur Sosial Baru

Siapa yang menjadi subjek pembentuk struktur sosial baru dalam masyarakat? Kita bisa membandingkan apa yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo, tentang pengelompokan dalam Muhammadiyah. Kemudian membandingkan dengan realitas yang ada. Perbandingan itu bisa saja dilakukan, melihat Muhammadiyah adalah bagian utuh dari masyarakat.

Subjeknya tidak terbatas oleh usia, jenis kelamin ataupun tingkat pendidikan. Tidak ada stratifikasi. Namun, struktur tersebut terbentuk karena realitas yang dikemukakan diatas. Yaitu persamaan bakat, keminatan, hobi, kepemilikan benda, kesenian, kebudayaan dan realitas  yang lain. Jadi tidak terkungkung pada stratifikasi.

Bagaimana Muhammadiyah Menghadapi Struktur Sosial Baru?

Dalam bidang sosial, Muhammadiyah banyak keberhasilannya. Bisa kita lihat atas kelahiran Jaringan Saudagar Muhammadiyah. Ada juga Jaringan Peternak Muhammadiyah, Nitizen Muhammadiyah dan sebagainya. Itu adalah bentuk-bentuk struktur sosial baru yang berada di dalam Muhammadiyah. Bentuk tersebut selanjutnya disebut komunitas. Hal itu bukan berarti organisasi di dalam organisasi. Melainkan sebuah komunitas, yang anggotanya adalah eksponen kader Muhammadiyah.

Komunitas yang terbentuk di dalam Muhammadiyah, tentunya tidak sulit dalam mengendalikan. Terlebih jika akan berdakwah keanggota komunitas.

Selain yang terlahir di dalam Muhammadiyah, ada juga yang terlahir di masyarakat. Muhammadiyah perlu bersinergi dan merangkul komunitas-komunitas yang ada di masyarakat. Dengan bersinergi, kerja-kerja dalam mencapai tujuan Muhammadiyah akan lebih efisien. Sasaran juga jauh lebih tepat. Karena tidak hanya mengumpulkan massa dalam jumlah banyak. Dan peran Muhammadiyah dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, akan bisa dilihat indikator keberhasilannya. Karena sasaran sudah jelas dan spesifik, tentu metode yang digunakan juga jelas.

Muhammadiyah Untuk Komunitas

Kini, sudah saatnya Muhammadiyah (baca : kader) untuk menjadi subjek dari lahirnya struktur sosial baru. Masyarakat sekarang lebih dinamis dan berkembang, tentu Muhammadiyah harus berperan. Mengapa berperan bukan menyesuaikan? Karena Muhammadiyah harus tetap dalam cita-cita utamanya. Yaitu organisasi dakwah dan pemurnian aqidah.

Muhammadiyah jangan hanya terkungkung dalam struktural, namun masuk juga ke dalam masyarakat kultural. Karena komunitas lebih banyak digerakkan oleh kultural. Sehingga komunitas-komunitas yang ada di masyarakat tidak melepas diri dari kaidah agama. Komunitas menjadi salah satu metode dakwah Muhammadiyah. Serta metode dalam pemberdayaan masyarakat. Tabik.

—————————————————————-

*Founder Komunitas Literasi Janasoe

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait