ads
Pertemuan Dua Sahabat yang Mengasyikkan

Pertemuan Dua Sahabat yang Mengasyikkan

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Erik Tauvani Somae

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Sabtu siang, 17 November 2018 pukul 12.45 WIB, tidak ada keramaian di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jl Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta. Pun tidak ada pula wartawan. Hanya saya, mas Paryanto, dan sopir pribadi pak Amien Rais yang ngobrol “ngalor-ngidul” sambil menyeruput kopi seduhan pak Bambang, satpam di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta itu.

Dalam suasana yang tenang itu, dua tokoh sedang bicara serius empat mata empat telinga di ruang perpustakaan. Entah apa yang mereka bicarakan hingga akhirnya pintu dibuka dari dalam ruangan tepat pukul 14.00 WIB oleh pak Amien Rais.

Sehari sebelumnya, pak Amien Rais menyampaikan keinginannya kepada mas Paryanto agar dipertemukan dengan Buya Syafii Maarif di Cik Ditiro. Karena yang meminta adalah sahabatnya sendiri, Buya langsung bersedia dengan perasaan gembira.

“Ini adalah pertemuan pertama saya sama Amien dengan pembicaraan yang serius sejak 2004. Sebelumnya hanya bertemu biasa saja. Suasana kali ini sangat jernih dan bersahabat,” ungkap Buya.

Setelah pertemuan sekitar satu jam itu, pak Amien dengan wajah “sumringah” memanggil karyawan-karyawan kantor agar mengantre di depannya.

“Ayo-ayo, semua pada antre di depan saya. Saya mau bagi-bagi rezeki.”

Dengan riang gembira dalam suasana canda dan tawa, para karyawan ini mengantre untuk menerima selembar uang dari mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu. Tidak mau ketinggalan, saya pun ikut antre. Saat antrean sudah habis, Pak Amien meminta kami untuk antre lagi sampai tiga kali. Kan lumayan. He..he…he.

Uniknya, Buya Syafii juga nimbrung. “Saya mau antre juga, ah,” kata Buya.

Sontak, semua langsung tertawa. Buya kebagian selembar uang seratus ribu rupiah dari pak Amien Rais.

Beruntungnya saya, uang itu Buya selipkan di saku baju saya. Alhamdulillah.

Kemudian saya berbisik ke pak Amien, “Pak Amien, tadi uang yang didapat Buya itu diselipkan ke saku baju saya lho.”

“Ha…ha….ha,” pak Amien terbahak.

Sambil duduk-duduk, Buya bercerita bahwa ia dan pak Amien adalah sahabat sejak sangat lama. Meskipun kerap berbeda pandangan, keduanya saling mengerti. “Saya mengenal Amien Rais dari A sampai Z. Saya lama bersama dia,” ungkap Buya.

Dua tokoh ini, tampak begitu asyik dalam candaan. Tampak begitu autentik. Tidak ada kepura-puraan. Dan semua larut dalam suasana kegembiraan.

Setelah berbagi, pak Amien Rais memberi nasihat kepada kami tentang pentingnya saling membantu dan menjalin silaturahmi. Itulah yang akan melapangkan rezeki dan memanjangkan umur.

“Sesuai dengan tema milad Muhammadiyah ke-106 ini,” kata pak Amien, “Ta’awun untuk negeri.”

Akhirnya, saya ucapkan selamat milad Muhammadiyah yang ke-106 tahun. Semoga Persyarikatan Muhammadiyah ini kian berjaya dan bersinar terang. Kepada kedua negarawan ini, saya doakan agar diberi umur panjang, kesehatan, dan lindungan dari Allah SWT. Aamiin.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait