Opini

Opini

Opini

May 2, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Ta’ziyah Gus Sholah

Oleh: Habib Chirzin

Kita kehilangan lagi seorang cendekiawan yang alim. Seorang sahabat yang tidak kenal lelah dalam memikirkan dan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan, sebagaimana yang diperjuangkan oleh ayahanda dan sang kakek, yang kedua-duanya adalah Pahlawan Nasional.

Sebenarnya, saya mulai berkenalan dengan Gus Sholah dan Gus Dur pada tahun 1974, ketika saya menginap di kediaman Bu Wachid di Taman Amir Hamzah, Matraman. Kami makan pagi bersama Bu Wachid, Gus Dur, Mbak Aisyah dan Gus Hamid Baidhowi.

Tapi, selanjutnya, saya lebih dekat dengan Gus Dur. Saya pernah dibonceng oleh Gus Dur dengan Vespa biru, dari Tebuireng ke Denanyar.

Waktu itu, Gus Dur masih tinggal di Pesantren Denanyar, bersebelahan dengan Kyai Aziz Bisri.

Kami bekerja sama cukup akrab, ketika bersama-sama di Komnas HAM pada tahun 2002. Meskipun Gus Sholah tidak sampai akhir masa jabatan tahun 2007 karena menjadi calon Wapres.

Setelah itu, kami bersama lagi di GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia). Kami sering rapat dan ngomong-ngomong di rumah Gus Sholah di Jalan Bangka, Jakarta Selatan.

Kami juga sering melakukan kagiatan di Taman Proklamasi dan tempat-tempat lain. Juga membuat seminar di beberapa kota, termasuk di Tampak Siring dan Denpasar, Bali.

Empat tahun yang lalu, Gus Sholah bersama Mbak Nyai Ida Saifuddin Zuhri mengunjungi rumah kami di Jalan Borobudur KM 4 no 88 Magelang, Jawa Tengah. Bersilaturrahmi sambil ngomong-ngomong enteng-entengan tentang situasi yang berkembang saat ini. Juga melanjutkan pertemuan dengan Rektor dan Pembantu Rektor serta Dekan-dekan Unhasy Tebuireng tentang kerja sama.

Sebelumnya, saya pernah membawa Prof Dr Mohammad Dawilan Alydrus dari UTHM (Universiti Tun Hussein Onn) Johor ke Universitas Hasyim Asy’ari. Dan dilanjutkan dengan dialog di ndalem Pondok Tebuireng.

Gus Sholah juga mengundang saya bersama Gurutta Prof. Sanusi Baco, sahabat Gus Dur sewaktu di Mesir dan Amb Abdullah Syarwani, SH, mantan Dubes RI di Lebanon ke Tebuireng.

Kami bertiga diminta bercerita pengalaman bersama Gus Dur pada Haul 7 Gus Dur pada tahun 2017. Dihadiri oleh Dzurriyah Hadhratus Syech KH Hasyim Asy’ari, para tamu undangan dan sekitar 10.000 orang jamaah.

Sampai beberapa waktu yang lalu, saya masih kontak dengan Gus Sholah sebelum masuk ke RS Harapan Kita.

Meskipun Gus Sholah sudah wafat, saya berharap agar kerja sama dengan Universitas Hasyim Asy’ari dan Pondok Tebuireng maupun keluarga besar, tetap kita pelihara dan lanjutkan. (*\)

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here