ads
Inilah Para Sahabat Nabi yang Wafat karena Wabah

Inilah Para Sahabat Nabi yang Wafat karena Wabah

Smallest Font
Largest Font

Munculnya virus Corona mengejutkan banyak bihak. Penyebaran yang luar biasa cepat dan massif mengharuskan banyak negara memasang alarm bahaya, setidaknya untuk warga negara masing-masing.

Dalam perjalanan sejarah umat manusia, tercatat pernah terjadi wabah atau pandemi yang menyerang umat manusia, bahkan menyebabkan wafatnya banyak sahabat Nabi SAW. Seperti ditulis portal islami.co, pada abad 6 (tahun 18 H atau 639 M) masa khalifah Umar bin Khattab r.a pernah diserang wabah Amwas. Disebut dengan nama itu karena pertama kali menyebar di Amwas, sebuah daerah di antara Ramla dan Baitul Maqdis, Palestina.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Ribuan umat Islam meninggal dunia karena wabah mematikan ini, termasuk beberapa sahabat. Di antaranya adalah:

1. Suhail bin Amr al-Amiri. Beliau adalah orator dan pembesar Quraisy, serta pernah menentang dakwah Rasulullah SAW. Sahabat yang diberi julukan Abu Yazid ini baru memeluk Islam saat penaklukan Kota Makkah (8 H).

Di masa khilafah Umar bin Khattab, Suhail bin Amr memutuskan untuk berjihad ke Syam, menyusul anaknya, Abu Jandal yang terlebih dahulu berangkat ke sana. Ia wafat karena wabah Amwas yang saat itu menyebar hingga Syam.

2. Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Merupakan sahabat senior dari kalangan Muhajirin. Nama aslinya adalah Amir bin Abdillah al-Jarrah. Sahabat assabiqunal awwalun ini memiliki banyak keutamaan. Ia dikenal sangat lapang hatinya, jauh dari kedengkian, sering menasihati, giat beribadah, dan amat penyayang. Juga merupakan kepercayaan Rasulullah SAW.

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap umat memiliki ‘Amin‘ (penjaga/orang tepercaya) dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Bukhari)

Abu Ubaidah bin al-Jarrah wafat karena wabah Amwas yang menjalar ke berbagai penjuru, termasuk Syam. Daerah yang saat itu dikomandoi Abu Ubaidah, di masa khalifah Umar bin Khattab. Sebagai panglima pasukan di Syam, Abu Ubaidah senantiasa mengontrol dan menghibur rakyatnya yang terserang wabah.

Tubuh Abu Ubaidah sampai melemah karena memikirkan kondisi rakyatnya. Hingga akhirnya ia terserang wabah dan wafat di tahun ke 18 H, pada usia 58 tahun.

3. Syurahbil bin Hasanah. Ia bersama ibunya, Hasanah, pernah hijrah ke Habasyah, juga ikut hijrah ke Madinah, sehingga ia dikenal dengan gelar dzu hijratain (pemilik dua hijrah). Syurahbil merupakan satu dari empat jenderal yang dikirim untuk menginvasi Romawi di masa khalifah  Abu Bakr Ash-Shiddiq. Sahabat berjuluk Abu Abdillah ini wafat karena wabah Amwas, di hari yang sama dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah.

4. Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus, merupakan sahabat dari kalangan Anshar, Bani Khazraj. Ia masuk Islam di usia 18 tahun. Semangatnya membela Islam sangat kuat, selalu mengikuti peperangan bersama Nabi SAW.

Laki-laki dengan julukan Abu Abdirrahman ini dikenal sebagai ahli fikih. Rasulullah SAW menyebutnya sebagai sahabat yang paling mengerti perkara halal dan haram. Karena kecakapannya itu, Nabi pernah mengutusnya untuk berdakwah di Yaman.

Muadz merupakan salah satu sahabat yang dicintai Nabi. Ia bercerita, “Rasulullah memegang tanganku sambil berkata kepadaku: “Aku mencintaimu wahai Muadz!” Lalu aku juga berkata: ‘Aku juga mencintai Engkau wahai Rasulullah SAW” (HR Nassai dan Ahmad)

Setelah Abu Ubaidah wafat, Muadz diberi amanah menggantikan posisi Abu Ubaidah sebagai Gubernur Syam. Namun sayang, ia pun menutup usia karena wabah tersebut di tahun 18 H. Sebelumnya, Muadz bin Jabal juga turut mengurus jenazah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.

5. Fadhl bin Abbas, merupakan sepupu Nabi SAW. Ia adalah putra sulung Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Di usianya yang tergolong muda, Fadhl pernah mengikuti perang Hunain bersama Nabi. Pada saat peristiwa haji wada’, Rasulullah membonceng Fadhl di untanya. Saat itu Fadhl masih belia, bahkan belum tumbuh janggut.

Ada beberapa pendapat mengenai kapan Fadhl bin Abbas wafat. Dalam al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, berdasarkan riwayat al-Waqidi disebutkan bahwa Fadhl bin Abbas juga menjadi korban wabah Amwas yang melanda Syam.

6. Harits bin Hisyam, adalah sahabat dari Bani Makhzum, suku Quraisy yang menetap di Makkah. Sebelum masuk Islam, Harits pernah ikut bertempur dalam perang Badar memerangi umat muslim, bersama Abu Jahal saudaranya.

Harits bin Hisyam memeluk Islam pada peristiwa Fathu Makkah (8 H). Sejak itu ia dikenal sebagai muslim yang mulia dan sungguh baik keislamannya.

Putra Hisyam bin al-Mughirah ini memutuskan ikut berjihad ke Syam. Ia menetap disana hingga Allah memanggilnya karena wabah Amwas.

7. Abu Jandal bin Suhail bin Amr. Nama aslinya adalah Ash bin Suhail, salah satu sahabat yang awal masuk Islam dan mengalami penganiayaan dari para Quraisy Makkah. Ayahnya, Suhail bin Amr, bahkan pernah memasungnya karena keislamannya.

Saat perjanjian Hudaibiyah, Abu Jandal berhasil kabur dan menghampiri umat muslim. Sebelum perjanjian rampung ditulis, ayahnya meminta anaknya dikembalikan kepadanya dan tidak boleh berkumpul dengan umat muslim.

Ini dilakukan agar sang anak goyah dan kembali ke agamanya yang dahulu. Namun Abu Jandal tetap tegar dengan keyakinannya, hingga akhirnya sang ayah memeluk Islam.

Abu Jandal wafat karena wabah ini pula. Sebelumnya ia pun sempat mendampingi ayahnya, Suhail bin Amr di detik-detik terakhir ayahnya.

8. Yazid bin Abi Sufyan. Nama aslinya adalah Shakr bin Harb bin Umayyah. Ibunya bernama Zainab binti Naufal atau lebih dikenal dengan Ummul Hakam. Yazid memeluk Islam pada peristiwa Fathu Makkah (8 H).

Saudara khalifah Muawiyah ini dikenal cerdas dan pemberani. Ia pernah berjihad dalam perang Hunain, juga memimpin sayap kiri pasukan muslim di pertempuran Yarmuk. Yazid juga merupakan satu dari empat jenderal muslim yang dikirim untuk menginvasi Romawi, pada masa khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq.

Setelah Muadz bin Jabal Wafat, Yazid bin Abi Sufyan diangkat menjadi Gubernur Syam, menggantikan posisi Muadz. Masih di masa pemerintahan Umar bin Khattab. Yazid juga wafat karena wabah Amwas, di tahun setelahnya, 19 H (640 M). Setelah penaklukan Kaisarea, kota kecil di Israel.

Umar bin Khattab sangat terpukul dengan kematian para sahabat di Syam. Ayahanda Hafshah ini diuji dengan berbagai cobaan di masa pemerintahannya. Di tahun sebelumnya (17 H) kemarau panjang melanda Madinah, ternak-ternak mati, pohon-pohon tak lagi berbuah, ratusan umat muslim wafat karena kelaparan. Barulah lega setelah hujan turun kembali, Umar kembali dihadapkan masalah, yakni menyebarnya wabah Amwas, di tahun setelahnya. Wabah ini baru berakhir setelah Amr bin Ash mengambil kendali di Syam. (hr)


Diambil dan diolah dari islami.co

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait