ads
Mengembalikan Ujian Nasional: Sebuah Tinjauan Kritis

Mengembalikan Ujian Nasional: Sebuah Tinjauan Kritis

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Nashrul Mu'minin*

MEDIAMU.COM - Dalam beberapa minggu terakhir, wacana mengembalikan Ujian Nasional (UN) telah menjadi topik hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dipicu oleh perubahan kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto serta adanya desakan dari berbagai pihak untuk mengevaluasi kualitas pendidikan yang dianggap menurun. Sebagai generasi muda yang peduli pada pendidikan, saya, Cokro Muda dari Yogyakarta, ingin memberikan sudut pandang kritis mengenai isu ini.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran  

Dalam Al-Quran, Allah berfirman, "وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا" (Surah Taha: 114), yang artinya "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu." Ini menegaskan pentingnya pengetahuan mendalam dalam pendidikan, bukan sekadar pencapaian nilai ujian. Pendidikan harus berfokus pada pembentukan karakter dan akhlak, bukan hanya mengejar angka.

Dampak Psikologis Ujian Nasional  

Sejarah menunjukkan bahwa UN sering membawa tekanan psikologis yang berat bagi siswa. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kecemasan menjelang UN, yang berkontribusi pada masalah kesehatan mental. Dalam Surah Al-Baqarah (2:286), Allah berfirman, "لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا", yang artinya "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya." Ini mengingatkan kita bahwa pendidikan harus sesuai dengan kemampuan individu.

Ketidakmerataan Akses Pendidikan  

Salah satu masalah utama pendidikan di Indonesia adalah ketidakmerataan akses. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan adanya disparitas signifikan dalam kualitas pendidikan antara perkotaan dan pedesaan. Jika UN diterapkan tanpa memperhitungkan faktor ini, hasilnya tidak akan mencerminkan kemampuan sebenarnya dari seluruh siswa. Dalam Surah Al-Hujurat (49:13), Allah berfirman, "إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ", yang artinya "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." Penilaian harus adil dan setara.

Pendekatan Pendidikan Abad ke-21  

Pendidikan masa kini perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dr. Yong Zhao mengingatkan bahwa sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada ujian dapat menghambat kreativitas siswa. Surah Al-Mulk (67:2) mengingatkan, "الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا", yang artinya "Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." Ini menegaskan bahwa pendidikan harus mengembangkan potensi terbaik setiap individu.

Contoh Sistem Pendidikan yang Berhasil  

Melihat contoh dari negara seperti Finlandia, yang tidak memiliki ujian nasional ketat namun berhasil menghasilkan siswa berkualitas tinggi, menunjukkan bahwa pendekatan berbeda bisa lebih efektif. Dalam Surah Al-Anfal (8:53), Allah berfirman, "وَلَوْ كَانُوا أَحْسَنَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ", yang artinya "Dan jika mereka lebih baik, niscaya itu akan lebih baik bagi mereka." Inovasi dalam pendidikan sangat penting.

Kecerdasan Majemuk dan Penilaian Holistik  

Howard Gardner, seorang psikolog pendidikan, mengemukakan teori kecerdasan majemuk, yang menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai kecerdasan. Mengandalkan ujian standar untuk menilai siswa adalah pendekatan yang sempit. Dalam Surah Al-Isra (17:70), Allah berfirman, "وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ", yang artinya "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-anak Adam." Setiap individu memiliki potensi unik yang perlu diakui.

Alternatif Penilaian yang Lebih Efektif  

Daripada mengembalikan UN, kita sebaiknya mempertimbangkan penilaian alternatif yang lebih mendalam dan berkelanjutan. Penilaian formatif yang memberikan umpan balik langsung kepada siswa dapat lebih efektif dalam meningkatkan pembelajaran. Dalam Surah Al-Baqarah (2:2), Allah berfirman, "ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ", yang mengingatkan kita bahwa kebenaran harus diakui dan dijadikan pedoman.

Menghadapi Tantangan Masa Depan  

Yuval Noah Harari berpendapat bahwa keterampilan yang dibutuhkan di masa depan bukan sekadar hafalan, tetapi fleksibilitas dan kreativitas. Surah Al-Furqan (25:20) menegaskan, "وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ", yang artinya "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan laki-laki yang Kami wahyukan kepada mereka." Pendidikan harus mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi perubahan.

Pendidikan yang Humanis dan Holistik  

Pendidikan yang baik harus humanis dan holistik, mengembangkan siswa secara menyeluruh. Dalam Surah Al-Anfal (8:61), Allah berfirman, "وَإِن جَنَحُوا لِلسَّلاَمِ فَاجْنَحْ لَهَا", yang artinya "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya." Pendidikan harus menciptakan suasana yang mendukung dan memotivasi siswa.

Mengembalikan UN mungkin tampak sebagai solusi cepat, namun kita perlu mempertimbangkan pendekatan yang lebih efektif dan relevan dengan tuntutan zaman. Sebelum membuat keputusan, penting bagi kita untuk merenungkan tujuan pendidikan sejati. Dalam Surah Al-Ma'idah (5:32), Allah berfirman, "مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ", yang artinya "Barang siapa membunuh satu jiwa, seolah-olah dia telah membunuh seluruh manusia." Setiap individu memiliki potensi yang perlu dihargai dan dikembangkan.

*Penulis Adalah Mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    1
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait