Kampung "LaukDaun", Jadi Jum’atan Aman Dong
Smallest Font
Largest Font
Oleh: dr. H. Muhammad Arifudin, Sp. O.T. *)
Jawab saya: SETUJU. Tapi ada syaratnya:
Advertisement
Scroll To Continue with Content
- Kampung benar-benar tertutup 24 jam x 14 hari.
- Dipalang “laukdaun”. Suplai (bahan) dan lain-lain bertemu di gapura. COD di luar gapura.
- Tidak ada yang keluar kampung babar blaszz.
- Tidak ada orang yang masuk gapura kampung dari luar.
- Sudah siap, ndak khawatir, plus bisa khusyu’ meskipun ada yang batuk-batuk di masjid.
- Nanti kalau ada yang qadarullah, meskipun tidak mengharap, ada yang positif, maka yang membuka Jum’atan atau jamaah adalah penanggung jawabnya. Siap hadapi, jangan lari.
Siapp Broo????
Tapi, kalau misal kampung kita, sebutlah namanya Kampung MUTIHan, di”laukdaun” cara kampung Mutihan, tapi warganya:
- Masih jualan di pasar ngIJOn.
- Blanja plus jagongan di Pasar JAMBON.
- Masuk kerja dan ngangkring di daerah BIRU.
- Kulakan keran IRENG di kutha.
- Malah ada yang kerja di RS Oentoeng daerah Kandang Wedhus.
Maka risiko adanya OTG (orang tanpa gejala) menularkan tetap ada. Contonya sudah ada :
- Cluster Gowa.
- Cluster Bethel.
Terus nyebar kemana-mana.
Karena itu mangga:
- Ngibadah teng ndalem rumiyin.
- Lomba apalan kaliyan putra napa putu, apalan Juz ‘Amma.
- Nglanyahke ض kaliyan ظ.
Supados RIYAYA saged Hafidzul Quran. Paling mboten Juz 30.
Catatan: Nama kampung dan RS hanya rekaan, jika mirip atau sama, hanya kebetulan.
*) Ketua Majelis Tabligh PDM Sleman dan Dokter RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Editors Team
Kontributor Mediamu
Author
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow