Urgensi Perkaderan di Ranting Muhammadiyah

Urgensi Perkaderan di Ranting Muhammadiyah

Smallest Font
Largest Font

Oleh: HM Muhammad Jamaludin Ahmad 

Advertisement
Scroll To Continue with Content

BANYAK warga Muhammadiyah melihat ranting hanya “sebuah ranting”. Padahal, sesungguhnya ranting itu sangat penting.

Tinggi dan besarnya kantor Pimpinan Pusat (PP), Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) sering dianggap sebagai simbol kemajuan Muhammadiyah. Padahal, kemajuan Muhammadiyah yang sesungguhnya, lebih terletak pada kemajuan dan kemampuan ranting-ranting Muhammadiyah dalam mencerahkan, memberdayakan dan melayani ummat.

Ibarat sebuah pohon, maka pada ranting-ranting itulah akan muncul buah-buahan yang akan dinikmati oleh siapapun yang menginginkannya.

Sebagai sebuah organisasi, pusatnya Muhammadiyah memang di Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Namun, sebagai sebuah gerakan, maka pusat yang sesungguhnya ada di cabang dan ranting.

Meskipun pimpinan pusat, pimpinan wilayah dan pimpinan daerahnya maju, namun bila cabang dan rantingnya tidak aktif — atau bahkan mati — maka Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan, sudah mati.

Sebuah ranting dan cabang di Persyarikatan Muhammadiyah memiliki beberapa fungsi dan peran, antara lain: 1. Sebagai ujung tombak dalam  rekrutmen anggota dan perkaderannya, 2. Sebagai ujung tombak dalam melayani dan membela kepentingan ummat, 3. Sebagai ujung tombak dalam melaksanakan dakwah persyarikatan, 4. Sebagai ujung tombak ketika mewakili persyarikatan dalam bekerjasama dengan ormas atau kelompok lain, dan 5. Sebagai ujung tombak dalam mewakili kepentingan persyarikatan Muhammadiyah dengan pihak pemerintah dan lembaga swasta lainnya.

Untuk itu, saat ini kita perlu memikirkan perkaderan di tingkat ranting. Dan, menyadari peran strategis sebuah ranting Muhammadiyah, maka ranting Muhammadiyah memerlukan sumber daya manusia yang memahami betul dan betul-betul memahami betapa strategisnya sebuah ranting. Serta dengan sungguh-sungguh membawa ranting pada gerakan amal nyata yang kreatif, inovatif dan solutif.

Sebuah ranting yang cerah dan mencerahkan, berdaya dan memberdayakan serta memahami kebutuhan ummat dan mampu melayani dengan baik.

Ranting seperti inilah, yang akan menghadirkan pesona dan daya tarik yang luar biasa bagi siapapun.

Untuk memperoleh sumber daya manusia yang mampu mengelola dan menggerakkan ranting, maka perlu dilakukan upaya-upaya rekrutmen anggota dan kaderisasi yang terus-menerus.

Perkaderan di ranting harus menjadi prioritas program sehingga semua unsur pimpinan tidak boleh lalai dan selalu terlibat secara aktif mengupayakan keberhasilan program perkaderan.

Rekrutmen sebagai tahapan awal untuk memperoleh calon kader, dapat dimulai dari diadakannya berbagai kegiatan yang berorientasi pada “hadirnya dampak manfaat” positif yang dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi target.

Pembacaan atau analisa awal yang tepat, menjadi sangat penting agar program berhasil mencapai sasaran. Program-program yang bisa jadi pintu-pintu pembuka rekrutmen, harus berangkat dari masalah mendasar yang ada di ranting tersebut.

Bila hasil evaluasi menilai program rekrutmen berhasil, maka pembinaan rutin perlu dibuat sebelum perkaderan yang formal dilakukan.

Inti dari pembinaan rutin adalah tumbuhnya kohesivitas sesama calon kader dan antara calon kader dengan aktifis dan pengurus Muhammadiyah. Bila kohesivitas ini dapat terwujud, maka mereka dengan senang hati akan mengikuti perkaderan formal sesuai sistem perkaderan Muhammadiyah dan dengan senang hati pula aktif bermuhammadiyah. (17  November 2018, Kereta Taksaka Yogyakarta-Jakarta)

*Penulis adalah Wakil Ketua LPCR PP Muhammadiyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait