Neo Modernisme dalam Pemikiran Islam
Oleh: Nur A Ghojali
Neo Modernisme dapat diartikan dengan dengan “paham modernisme baru”. Neo-modernisme digunakan untuk memberi identitas baru pada kecenderungan pemikiran Islam yang muncul sejak beberapa dekade terakhir sebagai sintesis antara pola pemikiran tradisionalime dan modernisme.
Neo-modernisme merupakan tipologi pemikiran Islam yang memiliki asumsi dasar bahwa Islam harus dilibatkan dalam pergulatan modernisme. Tetapi dengan catatan, tanpa harus meninggalkan tradisi lama yang sudah mapan. Dengan cara memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.
Neo-modernisme muncul untuk menjembatani kedua paham tersebut. Paham modernisme berpandangan bahwa paham tradisional dan modern sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Karena itu, neo-modernisme berusaha menggabungan keduanya. Apa yang baik pada tradisional harus tetap dipegang, sebaliknya apa yang baik pada paham modernis dapat dijadikan pijakan.
Modernisme bukan sesuatu yang harus ditolak. Tetapi, dengan modernisme juga, bukan berarti alam pemikiran tradisional harus dikesampingkan. Bahkan, dalam beberapa hal dua pemikiran ini saling seiring dan sejalan.
Modernisme Islam cenderung menampilkan dirinya sebagai pemikiran yang tegar bahkan kaku. Sedangkan Tradisionelisme Islam merasa cukup kaya dengan berbagai pemikiran klasik Islam, tetapi justru dengan kekayaan itu para pendukung pemikiran ini sangat berorientasi kepada masa lampau dan sangat selektif menerima gagasan-gagasan modernisasi.
Ciri penting dari paham modernisme adalah usaha pemurnian agama Islam dengan memberantas segala yang berbau khurofat dan bid’ah. Paham modern juga ingin melepaskan diri dari ikatan madzhab dan membuka kembali pintu ijtihad. Kalangan modern memandang hal ini merupakan alternatif untuk mengentaskan masyarakat dari kebodohan. Maka tak heran jika bidang garapan yang digalakkan paham ini tidak lepas dari kelembagaan, pendidikan, dan keorganisasian.
Gejala Neo-Modernisme Islam di Indonesia menurut Greg Barton, mulai terlihat pada tahun 1970-an yang dimotori generasi muda terpelajar. Umumnya mereka berpendidikan modern, namun yang pasti mereka adalah generasi yang sudah matang pemikirannya dan dibesarkan oleh berbagai pengalaman.
Mereka terdiri dari kaum cerdik yang memiliki pemikiran brilian dan selalu memicu kontroversi, karena tema-tema yang mereka aktualisasikan cukup mendasar, filosofis, dan bernuansa sosial, maka banyak mendapat respon positif. Beberapa faham keagamaan yang bermunculan, neo revivalisme dan juga post tradisionalisme menjadi tantangan tersendiri dalam beragama. (*)
*) Dr. H. Nur Ahmad Ghojali. MA, Wakil Ketua PWM DIY.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow