Pesan Moral Ibadah Puasa
Oleh: Abdur Rauf
Puasa mendorong kita untuk selalu melakukan kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan. Sejatinya, itulah pesan moral dari ibadah puasa, yakni mampu mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Islam menuntun pemeluknya supaya berakhlak mulia. Kedudukan akhlak dalam Islam sangatlah istimewa, sebagaimana Rasulullah SAW menuturukan, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Baihaqi). Selain itu juga, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang laki-laki, “Ya Rasulullah, apakah agama itu? Kemudian Rasulullah SAW menjawab, ‘agama adalah akhlak yang baik’.” Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa akhlak merupakan salah satu ajaran pokok dalam agama Islam.
Puasa merupakan salah satu dari lima pilar penting dalam Islam, sebab puasa dapat membentuk kita menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, puasa mendorong kita untuk menjadi pribadi yang jujur. Pada hakikatnya, puasa itu tidak hanya mengendalikan syahwat perut dan kemaluan saja, akan tetapi juga mengendalikan hati dan pikiran serta seluruh anggota tubuh dari melakukan kejahatan. Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim kita dituntut untuk selalu bersikap jujur, baik lahir maupun batin. Hati, perkataan, dan tindakan kita haruslah jujur. Ketiganya harus sesuai, tidak boleh pecah kongsi. Hati harus selaras dengan perkataan dan perkataan pun harus selaras dengan tindakan.
Berkaitan dengan kejujuran ini, Rasulullah SAW menuturkan, “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, sebab kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai seorang yang jujur (shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong, sebab kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong (kadzdzab)” (HR. Bukhari).
Oleh sebab itu, puasa memberikan pelajaran penting kepada kita, yaitu supaya menjadi pribadi yang jujur, bukan pribadi pendusta. Sebab berdusta termasuk karakter orang munafik. Sebagaimana Rasulullah SAW menuturkan, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: Apabila berkata ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercaya ia berkhianat.” (Muttafaqun ‘alaih).
Kedua, puasa mendorong kita untuk menjadi pribadi yang sabar. Sabar ialah sikap menahan diri dari memperturutkan hawa nafsu. Puasa itu sangat membutuhkan kesabaran. Sabar dalam menahan syahwat perut dan sabar dalam menahan syahwat faraj. Sebab, Buya Hamka menuturkan bahwa jika hal itu tidak dapat kita kendalikan maka sisi kemanusiaan kita akan rendah dan runtuh, berganti menjadi kebinatangan. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW mengatakan bahwa puasa itu separuh dari sabar (ash-Shiamu nishfu ash-Shabri) (HR. Ibnu Majah).
Oleh karena itulah, puasa meberikan kita pelajaran yang amat berharga, yaitu prihal kesabaran. Puasa mengajarkan kita supaya bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT, bersabar dari keinginan hawa nafsu, bersabar dalam pergaulan sesama manusia, dan bersabar dalam melakukan kebaikan.
Ketiga, puasa mendorong kita untuk menjadi pribadi yang istiqamah. Istiqamah adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Puasa membiasakan diri kita untuk secara terus-menerus dalam melakukan kebaikan. Orang yang berpuasa selalu istiqamah dalam menjaga kesucian hatinya, istiqamah dalam menjaga kejernihan pikirannya, istiqamah dalam menjaga lisannya dari berkata dusta, dan istiqamah memelihara seluruh anggota tubuhnya dari melakukan kejahatan dan kemaksiatan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Maka beristiqamahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah bertaubat bersamamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud/ 11: 112).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Fushshilat/ 41: 30-32).
Itulah beberapa di antaranya pesan moral dari ibadah puasa. Sekiranya kita menghayati dan meresapi secara mendalam pesan moral dari ibadah puasa tersebut niscaya ia akan berimplikasi kepada diri kita untuk menjadi pribadi yang jujur, pribadi yang sabar, dan pribadi yang istiqamah dalam kebaikan. Jika puasa kita belum dapat membentuk diri menjadi pribadi yang berakhlak mulia tersebut maka perlu kita interopeksi diri kita masing-masing, sudahkah kita benar-benar menghayati hakikat dari puasa kita itu?
Wallahu a’lam bishshawaab
Yogyakarta, 2 Ramadhan 1439 H/ 18 Mei 2018 M
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow