KOMUNIKASI KELUARGA MUSLIM
KEKERASAN terhadap anak merupakan masalah sosial serius di Indonesia yang terus meningkat meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan organisasi terkait.
Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), dari Januari hingga November 2023, tercatat 15.120 kasus kekerasan terhadap anak, dengan 12.158 korban anak perempuan dan 4.691 korban anak laki-laki.
Angka ini menunjukkan tren mengkhawatirkan karena terus bertambah. Bahkan, sejak Januari hingga pertengahan Agustus 2024, Simfoni PPA mencatat jumlah korban kekerasan anak di Indonesia mencapai 15.267 anak.
Kasus-kasus ini mencakup berbagai jenis kekerasan, termasuk fisik, psikis, seksual, eksploitasi, hingga penelantaran. Fenomena ibu yang menyiksa anak kandungnya menambah keprihatinan di tengah masyarakat.
Pada September 2024 di Medan, seorang ibu berusia 35 tahun mencambuk anaknya yang berusia 6 tahun. Kejadian ini terekam dalam video yang viral di media sosial. Sang ibu mengaku frustrasi dengan perilaku anaknya yang dianggap nakal.
https://news.detik.com/berita/d-7558664/tak-hanya-cambuk-ibu-di-medan-juga-injak-dan-pukuli-anaknya
Sebagian besar pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah orang yang dikenal atau dekat dengan korban, baik itu saudara, teman, tetangga, maupun orangtua.
Data KPPPA juga menunjukkan, rumah tangga/rumah menjadi tempat/lokasi terbanyak terjadinya kekerasan terhadap anak. Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang aman, keluarga yang seharusnya menjadi pelindung utama mereka, justru menjadi ancaman terbesar bagi anak-anak.
Penyebab Kekerasan Orang Tua terhadap Anak
Penyebab kekerasan pada anak sangat kompleks dan seringkali melibatkan kombinasi beberapa factor, antara lain:
Kurangnya Keterampilan Pengasuhan: Orang tua yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup dalam mengasuh anak mungkin kesulitan dalam menghadapi tantangan perkembangan anak.
Dinamika Keluarga yang Tidak Sehat: Pola pengasuhan yang otoriter atau permisif, serta adanya favoritisme terhadap anak tertentu, dapat memicu kekerasan. Juga karena,
Komunikasi yang buruk dapat memperkuat siklus kekerasan, di mana kekerasan tidak diikuti oleh penyesalan, permintaan maaf, dan janji untuk berubah, lalu kembali berulang.
Bagaimana Islam memberikan tuntunan agar komunikasi dalam keluarga dapat berjalan dengan baik
Dalam Islam, keluarga Sakinah berarti keluarga yang penuh kedamaian dan ketenangan, sebagaimana cita-cita setiap keluarga muslim.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui komunikasi yang efektif. Setiap kata yang diucapkan oleh manusia memiliki dampak. Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada isi pesan, tetapi juga pada cara penyampaian dan etika berbicara.
Dalam sebuah rasululloh bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim ).
Dalam hadist Rasulullah SAW juga memperingatkan tentang akibat dari ucapan yang tidak dipikirkan:
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ
"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang ia tidak memikirkan akibatnya, dan karena satu kalimat itu, ia terjatuh ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Berikut ini adalah 6 jenis etika berkomunikasi yang disebutkan dalam Al-Qur’an dengan menggunakan terma Qaulan, yakni Qaulan Sadida, Qaulan Ma’rufa, Qaulan Layyina, Qaulan Baligha, Qaulan Karima, dan Qaulan Maisura.
- Qaulan Sadida (perkataan yang benar)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." (QS. Al- Ahzab ayat 70)
Qaulan Sadida Artinya jujur, jujur, faktual, tidak bohong. Ketika berbicara (berkata), perlu untuk menginformasikan atau mengungkapkan kebenaran, fakta, hal-hal yang benar, kejujuran, dan menahan diri dari berbohong, serta dari membuat atau memanipulasi fakta.
- Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)
وَّارْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَاكْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
….. Berilah mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.(QS An-Nisa:5)
Istilah “Qaulan Ma’rufa” mengacu pada kutipan yang tepat, ucapan yang menyenangkan, dan menghindari menyakiti emosi seseorang.
- Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut)
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Thaha ayat 44)
Yang dimaksud dengan “Qaulan Layina” adalah ucapan yang baik, suara yang merdu, dan sarat dengan silaturrahmi sehingga dapat menggugah hati seseorang.
- Qaulan Baligha (perkataan yang berbekas)
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًا ۢ بَلِيْغًا
“Mereka itulah orang-orang yang Allah ketahui apa yang ada di dalam hatinya. Oleh karena itu, berpalinglah dari mereka, nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.” (QS. An- Nisa ayat 63)
Menggunakan frasa yang efisien, spesifik, komunikatif, lugas, sederhana, mudah dipahami, dan tidak sulit atau bertele-tele merupakan contoh gaya komunikasi Qaulan Baligha.
- Qaulan Karima (perkataan yang mulia)
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’ ayat 23)
- Qaulan Maisura.(perkataan yang pantas)
وَاِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاۤءَ رَحْمَةٍ مِّنْ رَّبِّكَ تَرْجُوْهَا فَقُلْ لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُوْرًا
“Jika (tidak mampu membantu sehingga) engkau (terpaksa) berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang lemah lembut.” (QS. Al-Isra ayat 28)
Ungkapan “Qaulan Maysura” secara harfiah diterjemahkan menjadi “ucapan yang mudah,” yang mengacu pada bahasa yang sederhana, lugas, dan dipahami oleh komunikator.
Demikian tulisan ini, yang pada intinya mari kita perbaiki bersama pola dan etika komunikasi kita dengan seluruh anggota keluarga dan juga masyarakat, agar tercipta keluarga yang sakinan mawaddah warohmah dan juga tercipta kerukunan di masyarakat dengan menggunakan pedoman Qur’an dan sunnah nabi dalam berkomunikasi. Semoga tercipta keluarga yang harmonis . amin ya rabbal alamin.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow