Pendidikan Karakter di Era Digital
Oleh: Immawati Tati
Pendidikan karakter seolah menjadi “agama baru” dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Karakter merupakan suatu proses internalisasi dari aspek kepribadian manusia yang diperoleh melalui interaksi dengan manusia lainnya, kegiatan masyakarakat, keluarga dan pendidikan. Untuk membentuk karakter yang baik, maka dibutuhkannya peran serta dari lingkungan sekitar yang menunjang pula[1], misalnya di pendidikan keluarga harus mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Itulah sebabnya pembangunan karakter menjadi sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia itu sendiri baik dalam skala individu maupun sebagai warga negara Indonesia.
Karakter sama dengan watak, yaitu pengembangan dari jati diri seseorang itu sendiri, karakter seseorang atau suatu bangsa lebih mencerminkan jati diri bangsa itu sendiri. Munculnya pendidikan karakter sebagai wacana baru pendidikan nasional bukan merupakan fenomena yang mengagetkan. Sebab perkembangan sosial politik dan kebangsaan sekarang ini memang cenderung menegasi karakter bangsa. Dengan demikian, persoalan karakter bangsa pada dasarnya adalah hasil dari praktik pendidikan yang tidak berkarakter, oleh karena itu solusi sebenarnya yang perlu di tampilkan oleh sekolah adalah mengubah pola pikir para penyelenggara pendidikan agar sekolah tidak lagi menampilkan praktik-praktik yang berseberangan dengan tujuan pembentukan karakter bangsa.
Membangun Delapan karakter Indonesia Emas 2025
Berdasarkan rumusan Visi dan Misi RPJP Nasional 2025 minimal ada delapan karakter yang harus dikembangkan dalam pratek pendidikan dan pembelajaran di Indonesia :
- Etos Spiritual
- Etos Mutu
- Demokratis
- Multikultural
- Kecerdasan Kritis
- Peduli Lingkungan
- Berwawasan Maritim
- Tanggung Jawab Global
Bilahifiisabilillhaq Fastabiqulkhairat
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow