Perjalanan Mahasiswa UAD di Gunungkidul dalam Program Kampus Mengajar
Oleh Faisa Nirbita Mahmudah*
Program Kampus Mengajar merupakan bagian dari program Kampus Merdeka. Kampus Mengajar bertujuan membantu pelaksanaan pembelajaran di sekolah pada masa pandemi. Saya ditempatkan di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Gunungkidul. Jaraknya sekitar 20 kilometer dari tempat tinggal saya.
Perjalanan ini dimulai ketika survei pertama kali di SD Negeri Wonolagi Ngleri, Playen. Dari arah kota Yogya menuju lokasi harus melewati jalan yang masih terjal dan sebelum menuju lokasi harus menyeberangi sungai dengan jembatan gantung yang hanya dapat dilewati kendaraan roda dua secara bergantian. Dari arah Wonosari menuju lokasi dapat dilalui menggunakan kendaraan roda empat dengan melewati hamparan perkebunan kayu putih di kanan dan kiri.
Jarak yang sangat jauh dengan dusun lainnya menjadikan SD ini sebagai satu-satunya alternatif bagi warga setempat untuk menyekolahkan anaknya. Tidak heran jika hanya 13 siswa yang bersekolah di sini, semuanya penduduk dari dusun yang sama. Mereka terbagi dalam empat kelas, yakni dua siswa kelas 1, empat siswa kelas 3, tiga siswa kelas 4, dan empat siswa kelas 5.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan blended learning, siswa yang belajar di sekolah terdiri dari dua kelas dan dua kelas lainnya berangkat di hari berikutnya. Akan tetapi, pada saat kegiatan pembelajaran baca dan tulis Al Qur’an dan pembelajaran di luar kelas (field trip) seluruh siswa masuk secara bersamaan.
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah dilaksanakan menggunakan berbagai media yang menarik perhatian siswa. Misalnya pada pelaksanaan pembelajaran matematika kelas 1, saya mengajak siswa belajar berhitung penjumlahan dan pengurangan dengan alat peraga berupa stik es krim dan biji jagung, sedangkan untuk siswa kelas 4 belajar materi pecahan menggunakan media kartu pecahan.
Pembelajaran pecahan dilakukan sambil bermain seperti permainan kartu pada umumnya. Siswa dibagikan kartu dan masing-masing mengeluarkan kartunya secara bergantian. Siswa yang memiliki angka pecahan paling besar akan bermain lebih dahulu, dan yang paling kecil mengambil kartu yang ada. Siswa juga diajak membuat karya berupa batik jumputan secara bersama-sama di sekolah.
Kegiatan ini bukan hanya berkonsentrasi pada pembelajaran eksak juga di bidang keagamaan. Bimbingan belajar baca dan tulis Al Qur’an dilakukan dengan siswa antri untuk bimbingan mengaji, dilanjutkan belajar angka Arab agar siswa dapat mencari halaman ataupun ayat sendiri di Iqra’ maupun Al Qur’an, belajar mengenai tugas malaikat, dan juga asmaul husna. Segala ilmu yang didapatkan selama berkuliah di UAD saya terapkan pada pelaksanaan kegiatan ini.
Antusiasme siswa sangat terlihat saat kegiatan field trip. Mereka diajak senam dilanjutkan berkeliling dusun dan diakhiri game bersama. Segala pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sekolah memiliki tantangan tersendiri ketika berangkat ataupun pulang. Saat hujan deras membuat jalan sulit dilewati karena sangat licin. Akan tetapi, semua terbayarkan ketika saya mendengar siswa berkata, “Wah, enak yaa ada mbaknya. Jadi belajarnya seru. Aku suka!”.
Rasa senang dan sedih terjadi tatkala selesainya rangkaian pelaksanaan kegiatan. Tiba di penghujung acara harus berpamitan dengan guru dan siswa yang sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri. Perjalanan ini menjadi suatu pengalaman tak terlupakan. (*)
*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow