Dalem Pengulon, Simbol Harmonisasi Hubungan Kraton dengan Muhammadiyah
Oleh: Widiyastuti, S.S., M.Hum.*
SALAH satu bangunan bersejarah di Kampung Kauman, Yogyakarta, dan memiliki nilai penting dalam perkembangan Muhammadiyah adalah Dalem Pengulon. Bangunan ini merupakan tempat tinggal resmi Kyai Penghulu Kasultanan Yogyakarta, komponen Kasultanan yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan keagamaan.
Kasultanan Yogyakarta merupakan kerajaan yang menganut agama Islam sebagai agama resmi kerajaan. Kasultanan ini berdiri tahun 1755, memiliki perangkat keagamaan salah satunya adalah Kawedanan Pengulon yang bertanggungjawab mengurusi persoalan keagamaan di Kasultanan. Kawedanan ini dipimpin seorang penghulu dan menempati bangunan di Kampung Kauman, bersebelahan dengan Masjid Gedhe Kauman yang merupakan masjid jami’ Kasultanan Yogyakarta.
Pengulon dan Muhammadiyah memiliki relasi pasang surut. Saat berdirinya Muhammadiyah, Kyai Penghulu Kholil Kamaludiningrat sempat menolak dan menentang. Perdebatan panjang sampai penjelasan oleh Patih Dalem tentang Muhammadiyah menyebabkan Kyai Kholil Kamaludiningrat menyetujui berdirinya Muhammadiyah dipimpin KHA Dahlan, salah satu ketib Masjid Gedhe.
Perdebatan yang berujung pada penolakan ini dilakukan Kyai Kholil di Dalem Pengulon dalam sebuah forum Raad Agama Hukum Dalem. Pasang surut hubungan Kyai Kholil dengan Ahmad Dahlan sudah terjadi sekitar 12 tahun sebelumnya saat Kyai Kholil memerintahkan membakar langgar milik KHA Dahlan. Perubahan arah kiblat oleh KHA Dahlan juga menjadi sumber kekecewaan Kyai Kholil pada Ketib Amin Masjid Gedhe Kauman ini.
Kapan Dalem Pengulon didirikan, tidak ada bukti yang jelas. Namun melihat kronologi pembangunan Masjid Gedhe Kauman, diperkirakan sekitar 1773 Dalem Pengulon dibangun. Kasultanan Yogyakarta berdiri tahun 1755, sementara pembangunan kota secara resmi dimulai tahun 1756 saat Sultan HB I pindah dari Ambarketawang ke Kraton Yogyakarta. Sejak saat itulah pembangunan infrastruktur kota dimulai. Lembaga Pengulon sebagai lembaga keagamaan Kasultanan sudah ada sejak awal berdirinya Kasultanan karena merupakan bagian dalam struktur pemerintahan Kasultanan Yogyakarta.
Tidak ada tinggalan artefak yang menunjukkan kapan Dalem Pengulon didirikan. Apakah awalnya bangunan itu seperti yang terlihat sekarang? Ternyata tidak. Ada beberapa perubahan yang dilakukan terutama masa Kyai Penghulu Muhammad Kamaludiningrat dan Kyai Penghulu Wardan Diponingrat. Bangunan awal Dalem Pengulon adalah model bangunan Jawa dengan pendopo terpisah dari Dalem atau rumah induk dan bersifat terbuka. Di pendopo inilah berbagai kegiatan keagamaan dilakukan termasuk Raad Agama Hukum Dalem.
Posisi Kyai Penghulu dalam sistem pemerintahan Kasultanan sangat penting. Selain sebagai pemimpin keagamaan, Kyai Penghulu juga berperan sebagai Penghulu Hakim yang membawahi Penghulu Pathok Negara dalam sistem peradilan Kasultanan Yogyakarta. Pada masa Kyai Penghulu Muhammad Kamaludiningrat banyak dilakukan perubahan di Dalem Pengulon.
Sosok kyai penghulu yang nama kecilnya adalah Sangidu ini adalah sahabat dan murid KHA Dahlan. Kedekatan mereka salah satunya ditunjukkan ketika deklarasi Muhammadiyah tahun 1912 di Malioboro, KHA Dahlan dan Sangidu berpelukan di depan gaok Beringharjo setelah KHA Dahlan mendeklarasikan Muhammadiyah di depan umum. Meskipun kyai penghulu tidak pernah masuk dalam struktur Muhammadiyah, namun dialah pemegang nomor 1 keanggotaan Muhammadiyah (Nomor Baku Muhammadiyah saat ini). Kyai penghulu ini yang mengantarkan KHA Dahlan menghadap Sultan HB VII ketika meminta izin menyelenggarakan sholat `Iedul Fitri saat waktu pelaksanaannya berbeda dengan Kraton. Kedekatan ini pulalah yang menjadikan kyai penghulu membuka Dalem Pengulon sebagai salah satu pusat kegiatan Muhammadiyah. Sejak saat itulah ada beberapa perubahan yang dilakukan kyai penghulu pada bangunan ini.
Sejak tahun 1914, saat Sangidu memegang jabatan sebagai kyai penghulu dengan gelar Kyai Penghulu Muhammad Kamaludiningrat, mulailah Dalem Pengulon yang dikenal dengan sebutan Bangsal Priyayi bisa digunakan untuk kegiatan tabligh. Di dalem itu juga ditemukan sebuah almari dengan tulisan Tabligh yang dalam perkiraan saya termasuk salah satu peninggalan awal digunakannya Dalem Pengulon sebagai pusat aktivitas tabligh Muhammadiyah.
Ketika putri kyai penghulu yang bernama Siti Umniyah dipercaya menjadi Ketua Siswa Praya Wanita menggantikah Situ Wasilah, mulailah dia menggunakan Dalem Pengulon sebagai pusat kegiatan Siswa Praya Wanita. Puncaknya ketika Nyai Ahmad Dahlan memberikan mandat kepada Siti Umniyah untuk mendirikan Frobel Kindergarten ‘Aisyiyah yang merupakan bentuk formal Dirasatul Bannat Siswa Praya Wanita dengan nama Bustanul Athfal. Siti Umniyah meminta izin ayahnya untuk menggunakan sebagian bangunan Dalem Pengulon, tempat tinggalnya, sebagai tempat diselenggarakannya pendidikan anak usia dini Bustanul Athfal. Kyai penghulu mengizinkan bahkan secara khusus kyai penghulu membangun sisi barat bangunan utama untuk sekolah lengkap dengan langgar di atasnya dan kamar mandi besar (kulah gedhe) yang berfungsi sebagai kolam renang. Di bagian belakang bangunan tersebut adalah tanah lapang untuk bermain murid-murid Bustanul Athfal.
Sampai kapan Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Kauman menggunakan Dalem Pengulon? Tidak ada bukti yang menguatkan. Namun penjelasan Ibu Wasingah, murid Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Kauman dan merupakan angkatan pertama yang menggunakan bangunan Gedung Pesantren yang saat ini digunakan sebagai Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Kauman, kakak beliau yang lulus tahun 1930 masih sekolah di Dalem Pengulon. Mungkin sekitar tahun itulah Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Kauman pindah dari Dalem Pengulon. Bangunan yang dibangun oleh Kyai Penghulu Muhammad Kamaludiningrat tersebut sampai saat ini masih bisa dijumpai meskipun pemanfaatannya sudah berbeda. Dari struktur bangunan yang pendek dan kecil (terutama tangga menuju langgar) menunjukkan bahwa peruntukannya bukan untuk orang dewasa.
Kapan pendopo Pengulon tertutup? Tidak ada bukti tertulis menunjukkan hal itu. Diperkirakan penutupan terjadi bersamaan dengan dibangunnya bangunan di sisi barat pendopo yang kemudian dimanfaatkan sebagai Pengadilan Agama tahun 1946. Tampaknya peranan Farid Ma’ruf yang menjadi kepala kantor keagamaan Yogyakarta sejak tahun 1951 cukup besar karena dialah yang meminta izin kepada Sri Sultan HB IX untuk penggunaan pendopo Pengulon sebagai Kantor Urusan Agama Kotamadya Yogyakarta dimana pada saat itu Kyai Wardan menjadi kepalanya.
Kyai Penghulu Wardan Diponingrat menjadi penghulu menggantikan ayahnya pada tahun 1956. Sejak Kyai Wardan menjadi Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1963 sampai 1985, Dalem Pengulon dipergunakan untuk kantor dan tempat rapat Majelis Tarjih. Masih jelas ingatan dari Ibu Siti Hadiroh, putri Kyai Wardan, bagaimana setiap Rabu kyai-kyai besar anggota Majelis Tarjih selalu hadir dalam rapat rutin dan dengan suguhan khas adalah kepelan. Konsistensi para kyai itulah yang menghasilkan putusan-putusan keagamaan yang luar bisa selama kepemimpinan Kyai Wardan.
Dalem Pengulon di sebelah utara Masjid Gedhe Kauman memiliki sejarah panjang yang berhubungan dengan Muhammadiyah. Dalam masa awal perkembangannya Dalem ini menyokong perjuangan Muhammadiyah dalam mengukuhkan dirinya sebagai pelopor pendidikan usia dini untuk kalangan pribumi. Dalem ini juga menjadi simbol harmonisnya hubungan Kraton dengan Muhammadiyah yang saling mendukung satu sama lain. (*)
*Anggota MPI PP Muhammadiyah dan Anggota Lembaga Kebudayaan PP `Aisyiyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow