Srikandi itu Bernama Derliana

Srikandi itu Bernama Derliana

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Widiyastuti*

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Kota Padang Panjang, memang bukan sebuah kota metropolitan dengan hingar-bingar kehidupan duniawi.

Kota berudara sejuk yang harus ditempuh 2,5 jam dari Padang ini, menyimpan sebuah cerita sejarah yang luar biasa. Di kota ini ada sebuah lembaga pendidikan yang telah berdiri di tahun 1930 dan diinisiasi oleh tokoh besar Buya Hamka, yaitu Kulliyatul Mubalighien Muhammadiyah (KMM) di Kauman Padang Panjang.

Keberadaannya tidak bisa dilepaskan oleh berdiri dan berkembangnya Muhammadiyah di Padang Panjang. Bisa dibilang, inilah usaha amal pertama yang ada di Sumatera Barat sebagai bagian dari keunggulan Muhammadiyah yang selalu menyeimbangkan dakwah bil lisan dan bil hal. Lembaga ini pulalah yang mencetak banyak kader, pemikir dan ulama, yang akhirnya mengembangkan Muhammadiyah di Sumatera Barat dan Indonesia.

Hamka, tentunya tidak menyangka lembaga yang didirikan untuk mendidik kemampuan leadership lulusan Diniyah dan Thawalib akan berkembang menjadi persemaian kader-kader unggul persyarikatan, khususnya dalam hal leadership dan intelektulitas.

Melewati 88 tahun usianya, KMM telah menjadi lembaga pendidikan yang memiliki keistimewaan dalam pengkajian pemikiran Hamka, tahfidz dan kemampuan orasi dan leadership. Tentunya itu tidak lepas dari pimpinan yang bisa membawa KMM bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.

Derliana adalah sosok perempuan pertama yang memimpin KMM. Dengan berbekal sebagai alumni KMM itu sendiri, sosok Derliana berhasil membawa KMM menjadi lembaga pendidikan yang diperhitungkan di tingkat nasional dan internasional. Kemampuan kepemimpinannya telah berhasil membawa dirinya menjadi juara tingkat propinsi dan nasional untuk katagori pendidik tingkat MA.

Hal itu pulalah yang membawanya ke Finlandia untuk melihat model pembelajaran di bumi Eropa, yang sangat terkenal itu. Kemampuannya mengolah dan mengkreasikan kurikulum dengan mata pelajaran kajian pemikiran Hamka dan tafsir Al Azhar menjadikan KMM sering dikunjungi oleh orang Malaysia.

Untuk satu hal ini, Derliana berhasil mengolah kekaguman orang Malaysia terhadap sosok Hamka, dengan beberapa lokasi yang terdapat di buku “Tenggelamnya Kapal Van der Wijk” yang memang mengambil latar belakang Kota Padang Panjang. Tempat pertemuan Zaenudin dan Hayati, lapangan pacuan kuda, bahkan surau tempat bertemunya mereka menjadi salah satu dari daftar tempat yang selalu dikunjungi setiap orang Malaysia berkunjung ke KMM.

Jadilah Derliana secara tidak langsung berhasil memunculkan destinasi wisata baru di Padang Panjang.

Sebagai seorang perempuan yang memiliki wawasan literasi yang tinggi, Derliana selalu berusaha menuliskan sejarah KMM, termasuk periodesasi kepemimpinan di KMM. Dan, sejarah KMM terpampang dengan rapi di kantornya. Dia juga akan menyusun periodesasi kepemimpinan di KMM karena dia sangat menyadari betapa pentingnya rekam sejarah untuk bisa diketahui generasi yang akan datang.

Mimpinya adalah membuat memorabilia KMM agar sejarah sekolah ini semakin dikenal masyarakat di luar Padang Panjang khususnya dan Sumatera Barat umumnya. Dia ingin KMM dikenal secara nasional dan internasional karena KMM memiliki sejarah yang luar biasa dan produk yang kompetitif.

Inilah sosok srikandi yang memiliki dedikasi yang luar biasa untuk mengembangkan KMM, untuk menjadikan anak didiknya memiliki keistimewaan. Meski secara nasional, sosok Derliana belum terlalu dikenal.

Sesungguhnya, dia adalah srikandi yang menjadi contoh sosok perempuan berkemajuan yang memberikan karya nyata untuk persyarikatan Muhammadiyah. (Sebuah catatan perjalanan “MuseumMu” ke Ranah Minang)


*Penulis adalah anggota MPI PP Muhammadiyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait