Cerita Kampus Mengajar, Mengajar Bukan Sekadar Menilai
Oleh: Etri Widyastuti
Masa pembelajaran daring yang dilakukan sampai hari ini telah memberikan dampak bagi seluruh siswa di Indonesia. Beragam cerita telah disampaikan para siswa tentang pembelajaran online yang telah memasuki tahun kedua.
Bukan perkara mudah untuk melakukan pembiasaan secara cepat dengan segala kondisi yang tidak dapat diprediksi. Namun, seluruh elemen pendidikan telah bekerja keras dalam menghadapi kondisi ini demi mewujudkan konsistensi pembelajaran yang optimal.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus melakukan evaluasi dan pengembangan melalui kebijakan yang dibuat. Beragam program telah dikembangkan mulai dari pemberian bantuan biaya pendidikan, kuota belajar hingga pemberian tunjangan lainnya.
Kemedikbud juga memunculkan berbagai program yang akan membantu pengembangan diri mahasiswa, salah satunya adalah Kampus Mengajar. Kampus Merdeka merupakan satu dari rangkaian program yang memberikan wadah mahasiswa dalam melakukan pengembangan diri di luar bangku perkuliahan. Dalam program Kampus Mengajar mahasiswa melakukan pembantuan langsung dalam proses pembelajaran di sekolah.
Saya berkesempatan melakukan praktik langsung mengajar di salah satu sekolah dasar di Gunungkidul. Sebagian besar kegiatan di sekolah tersebut dilakukan secara daring dengan segala hambatannya. Ini dikarenakan sekolah berada di wilayah yang dikelilingi perbukitan sehingga akses jaringan menjadi hambatan terbesar.
Meskipun demikian, motivasi belajar siswa masih cukup baik dengan semangat belajar masih terasa. Dalam segala dinamika pembelajaran daring, terdapat beragam ilmu yang tidak didapat dibangku kuliah.
Selama berjalannya program selama 3 bulan, pengalaman serta ilmu telah banyak saya dapat. Dimulai dari bagaimana mengajar dalam kelas, menyampaikan materi serta melakukan penilaian. Di sekolah, saya mengajar dalam kelas dengan bermacam karakter siswa serta materi yang diberikan juga beragam.
Tak mudah memang, namun dengan bantuan guru serta Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang senantiasa memberikan saran dan arahan mempermudah kami dalam menjalankan program. Guru di sekolah juga sangat antusias dalam menerima kami serta memberikan arahan dalam mengajar dalam kelas.
Dalam program ini, banyak pengalaman diperoleh yang belum sepenuhnya didapat tanpa melaksanakan praktik lapangan. Saya yang berasal dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris mendapat berbagai pembelajaran bagaimana menjadi guru.
Hal lain yang menjadi pembelajaran adalah sikap guru dalam menghadapi kondisi daring yang masih harus melakukan penilaian bagi siswa. Capaian nilai siswa akan menjadi tolok ukur kelulusan dalam setiap mata pelajaran.
Namun, belajar bukan hanya untuk memperoleh nilai tertinggi, juga bagaimana siswa dapat mengembangkan pola pemikirannya. Penting bagi seorang guru untuk tidak hanya mematok nilai tertinggi bagi siswa, namun juga bagaimana siswa dapat mengekspresikan kemampuan mereka tanpa adanya batasan.
Capaian lain dalam belajar adalah siswa dapat memecahkan permasalahan yang mereka temui. Kemampuan siswa untuk melakukan problem solving setiap masalah yang ditemuinya juga menjadi poin keberhasilan bukan hanya sebuah nilai 100. (*)
*Penulis adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow