Opini

Opini

Opini

Apr 27, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Surga di Telapak Bendera Muhammadiyah

Anakku mbarep  hari ini sudah dua minggu Minggu kembali ke pondok. Kelas 3 MTS Muhammadiyah Mu’allimat. Kemarin sebelum kembali dia tanya,” Ayah kenapa kita harus jadi orang Muhammadiyah?”. Dengan mimik serius, dan penuh slidik sorot matanya. Sesaat saya bingung, mau jawab apa iki!.

“Emmhhhhhhh!”

“Oke gini.” Saya panggil anakku lebih dekat.

“Gini, sekarang Najwa ayah tanya, “Jika kamu, mendapati pohon kelapa tumbang, dan batangnya melintang menutupi jalan, apa yang kamu kerjakan?”.

Anakku bersungut-sungut kebingungan.

“Emmmhhhhh apa yo yah?, nek itu aku harus mikir.” Jawabnya.

“Nah itu! Itu! Itu! MIKIR!” Saya eja abjadnya: M-i-k-i-r!”.

Itu alasan pertama, kenapa kita harus menjadi orang Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah ngajari Mikir.

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(Ali-Imron :191)

Sebagaimana mbah KH.Ahmad Dahlan mengajarkan tradisi “kritis”,  “tanya”, “kritik”.

“kenapa banyak orang bodoh, dan bagaiman membuatnya pintar?”.

“Kok banyak orang sakit?, gimana biar sembuh?

“Banyak anak yatim piatu dijalan-jalan, bagaimana membantunya?”.

“Lha sekarang coba list pertanyaanya bobrokya negeri ini: korupsi menggila, pejabat banyak yang busuk, penggagguran menggila, petani termiskinkan, buruh tertindas”

Intinya: Berpikir Kritis!!!

“Trus ayah!”.

“Setelah kamu pikirkan ;kayu yang melintang dijalan, maka otakmu akan memutuskan;batang kayu harus disingkirkan. Ya gak?

“Ya ayah”.

“Nah, SINGKIRKAN itu namanya BERPIHAK.”

Alasan kedua kenapa harus ber-Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah mengjarkan keberpihakan. Mengaku Islam itu harus beriman, beriman itu harus MEMIHAK.karena berpikir imanis itu berarti progresif. Bermanfaat buat orang lain. Dan membebaskan penderitaan orang lain. Makanya mbah Dahlan ngaji liberatifnya surat Al-ma’un.

Kemudian anak saya menyahut;” lha nek ada yang menolak?”.

“Maksudnya?”.

“Kan gak bisa menyingkirkan kayu sendirian, tapi jika ngajak orang, ada yang menolak. Apalagi kan kesibukan kita juga banyak.”

Nah itu alasan ketiga, kenapa kita harus jadi Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah mengajari : menolak diam pada yang munkar. Menolak diam pada yang merugikan. Haram hukumnya orang mengaku Muhammadiyah melanjutkan langkah kakinya, tanpa dulu menghancurkan kemunkaran.

Makanya taglinya Muhammadiyah: Amar ma’ruf nahi munkar (al`amru bil-ma’ruf wannahyu’anil-mun’kar) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Frasa ini dalam syariat Islam hukumnya adalah wajib.

Dalil amar ma’ruf nahi munkar adalah pada surah Luqman, yang berbunyi sebagai berikut:

“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman 17).

Dan alasan keempatnya: ” ini yang paling ayah sukai; Muhammadiyah mengajak warganya untuk KAYA”.

“Maksudnya yah?”.tanya anaku.

Mbah Dahlan berkata:

“Hidup-hidupilah Muhammadiyah. JANGAN mencari hidup di Muhammadiyah”.

Persis kayak lagu kasih ibu:

HANYA MEMBERI TAK HARAP KEMBALI
BAGAI SANG S U R Y A MENERANGI DUNIA

Itu artinya:tangan diatas itu harus. Tangan dibawah JANGAN!

Makanya kita harus kaya.

Sesuai perintah Allah: ““Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun [63] : 9-10)

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-Imran [3] : 92)

Ada pesan Nabi: “Meninggalkan ahli warismu dalam keadaan cukup, itu jauh lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan fakir, sehingga mereka meminta-minta kepada manusia.” Jadi, umat Islam harus berjuang untuk menjemput rezeki Allah, sehingga bisa memberikan kehidupan yang baik untuk keluarganya.

Bahkan Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmuuúl Fatawaa (21/144) menyebutkan bahwa “mencari kekayaan itu bisa jadi hukumnya adalah wajib, yaitu berlaku pada perkara-perkara yang harus dilakukan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.”

Kelima alasan yang terakhir (kelima),  ini yang bikin ayah kembali mendidih. Sini liat dan baca: saya ambilkan koran REPUBLIKA edisi Kamis 19 juli 2018. Tulisan bapak Adian Husaini mengutip pidato Bung Karno:

“Tahun 1938 saya resmi menjadi anggota Muhammadiyah. Tahun 1946 saya minta jangan coret nama saya dari Muhammadiyah; tahun ini 1962 saya berkata: moga-moga saya diberi umur panjang oleh Allah SWT, dan jikalau saya meninggal supaya saya dikubur dengan membawa nama Muhammadiyah atas kain kafan saya”.

Pidato Bung Karno pada Muktamar Muhammadiyah dijakarta, 25 November 1962.

Saya kemudian bisikan najwa,” Bung Karno  aja Muhammadiyah, apalagi Ayah ndok!.AYAH Muhammadiyah!


NB: Najwa, Bumi, Rama, Aura, ibumu kandung memang sudah meninggal; tapi kamu perlakukan Muhammadiyah sebagaimana engkau perlakukan ibumu: NISCAYA pintu NERAKAMU TERTUTUP.  karena bisa jadi; surga berada di telapak “bendera” Muhammadiyah.
Dan maaf ndok ayahmu bukan pengurus struktural dan tidak punya jabatan apapun di Muhammadiyah makanya tidak bisa menjelaskan dengan ilmiah. Hanya orang yang pernah ngaji (nyantri)  dengan Almarhum Dr. MOESLIM ABDURRAHMAN dan Jendral Busyro Muqoddas.

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here