ads
Mengambil Ibrah dari Peristiwa Para Nabi

Mengambil Ibrah dari Peristiwa Para Nabi

Smallest Font
Largest Font

Heru Prasetya *)

Nabi Adam a.s diturunkan ke bumi adalah hasil bujuk rayu iblis yang tidak mampu ditolak Adam maupun Hawa. Itulah kekuasaan Allah dalam menskenario kehidupan manusia di muka bumi. Maka dimulailah langkah kaki manusia dengan segala kebaikan hati dan kesombongannya, seperti sosok Habil dan Qobil.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Tahun 2014 keluar publikasi hasil temuan tim ilmuwan Inggris. Mereka mengklaim bahwa sosok yang mereka anggap sebagai Adam tinggal di bumi sekitar 215.000 tahun yang lalu. Perkiraan tersebut  sekitar 9.000 tahun lebih awal dari perkiraan yang beredar sebelumnya. Artinya, “pendudukan” manusia atas bumi dimulai 217.020 tahun silam. Wallahu a’lam.

Berturut-turut setelah itu Allah memilih hambaNya untuk memimpin dan memberi peringatan kepada manusia lain. Mereka, para nabi dan rasul, membawa pesan-pesan Allah tentang perilaku yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Ada yang patuh, ada pula yang membangkang. Para pembangkang ini, seperti tercantum dalam Al Qur’an, diberi hukuman oleh Allah SWT.

Setidaknya ada tiga kaum yang dihukum oleh Allah SWT karena pengingkarannya kepada Sang Maha Perkasa.

Banjir Era Nabi Nuh a.s.

Al Qur’an menyebut bahwa kaum Nuh dikenal sebagai kaum yang gemar berbohong dan berdalil untuk tidak menerima nabi di antara mereka. Alasan mereka, nabi hanyalah manusia biasa, sama seperti mereka juga.

Ajakan Nuh agar kaumnya kembali ke jalan Allah, diabaikan bahkan ditolak. Sampai pada saatnya Allah mengirimkan banjir bandang yang merupakan banjir besar sepanjang sejarah peradaban manusia karena hanya menyisakan mereka yang berada di atas kapal Nabi Nuh (QS asy-Syu’ara: 117-119).

Namun, ada dua pendapat terkait banjir Nabi Nuh, apakah bersifat lokal regional atau global. Pendapat pertama meyakini bencana ini bersifat global, sedangkan pendapat kedua bersifat regional atau hanya daerah dakwah Nabi Nuh. Menurut Al Qur’an, banjir Nabi Nuh bersifat regional seperti dijelaskan dalam surah Hud: 25-26.

Hujan Batu Era Nabi Luth a.s

Hujan batu di Kota Sodom yang sekarang dikenal sebagai perbatasan Israel Yordania atau Laut Mati disebabkan karena kaum Nabi Luth AS melakukan perbuatan menyimpang, yakni suka terhadap sesama jenis atau yang kita kenal sekarang sebagai LGBT.

Nabi Luth yang hidup satu masa dengan Nabi Ibrahim ini sudah menyerukan umatnya untuk menghentikan perilaku menyimpang, tetapi mereka menolak. Akhirnya, kaum Nabi Luth dihancurkan dengan hujan batu seperti dikisahkan dalam Al Qur’an surah Hud ayat 82. 

Gempa Bumi Era Nabi Syu’aib a.s

Gempa bumi pada zaman Nabi Syu’aib AS juga begitu besar karena mampu meluluhlantakkan seluruh kota tempat Nabi Syuai’b berdakwah, yakni Yordania sekarang. Kota ini hancur setelah umatnya yang melakukan banyak kemaksiatan tidak mau taat atas seruan Nabi Syu’aib.

Dalam peristiwa ini, Allah hanya menyelamatkan Nabi Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamanya. Penyelamatan terhadap orang-orang terbatas ini diabadikan dalam Al Qur’an surah Hud: 94-95.

Sekarang pertanyaannya, apakah “penyerangan” virus corona kepada umat manusia kelak akan diingat umat manusia sebagai akibat pengingkaran (sebagian) manusia kepada perintah Allah SWT? Tidak mudah menjawab pertanyaan itu, karena manusia sekarang selalu berusaha mencari jawaban logis aqliyah atas sesuatu yang terjadi dengan mengesampingkan jawaban yang muncul dari keimanan kepada Sang Maha Pencipta.

Berdasarkan data terbaru Worldometers.info, jumlah kasus virus corona atau Covid-19 telah mencapai 1.991.275 di seluruh dunia. Penyebaran di sekitar 200 negara. Korban jiwa sebanyak 125.951 orang, sebanyak 467.074 pasien dinyatakan sembuh. Tapi muncul informasi, pasien dinyatakan sembuh di China ada yang positif lagi.

Jumlah korban akibat Covid-19 ini bisa jadi jauh lebih banyak dibandingkan musibah atau adzab di era para nabi dan rasul. Karena, jumlah manusia penghuni planet bumi sekarang juga berlipat-lipat kali dibandingkan jaman dulu.

Jika ditanya mengapa penyebaran virus sangat massif, jawaban spontan yang muncul adalah manusia tidak disiplin melakukan physical distancing. Jarang menggunakan kisah masa lalu yang ada di Al Qur’an sebagai rujukan. Bahwa, iman dan takwa mulai luntur, kepentingan dunia lebih diagungkan ketimbang akhirat, muncul kesewenang-wenangan, tindak kejahatan dan kemaksiatan merajalela, kebohongan dimana-mana, ketidakadilan, tindakan zina dilakukan tanpa rasa malu, dan lain-lain.

Sudah saatnya bermuhasabah, bertanya pada diri sendiri dimana letak kusutnya iman dan taqwa. Sesuai instruksi PP Muhammadiyah, jauhi kerumunan, cukup shalat di rumah, perbanyak ibadah, perbanyak baca Al Qur’an, perbanyak sedekah, dan lain-lain. Tidak pernah ada instruksi libur shalat.

Selain mencapai ketenangan hati karena sudah berusaha mendekatkan diri kepada Ilaahi Robbi, maka kelak kita akan tercatat sebagai manusia yang berusaha keluar dari kungkungan virus corona dengan ikhtiar jasmani dan rohani. (*)


Penulis adalah Tim Redaksi mediamu.com

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait