Pilihan-Pilihan Sulit dalam Pembelajaran Daring
Oleh: Oktiani Mersiliana Masturoh*
Wabah Covid-19 sejak akhir 2019 banyak membawa perubahan di masyarakat. Misalnya, dalam kegiatan sehari-hari, ekonomi, kegiatan sosial kemasyarakatan, dan di dunia pendidikan. Pandemi ini menyebakan terbatasnya aktivitas.
Banyak upaya pemerintah untuk memutus matarantai Covid-19, seperti lockdown, vaksinasi, atau pada saat sekarang pemberlakuan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.). Banyak keluhan masyarakat khususnya orangtua yang mempunyai anak duduk di bangku sekolah berharap didengar pemerintah. Padahal anjuran atau upaya tersebut untuk kebaikan bersama, dengan saling menjaga satu sama lain. Tetapi masyarakat awam mempunyai pandangan berbeda.
Pemberlakuan PPKM akan menekan sistem pendidikan terutama bagi orangtua dan siswa-siswa SD yang sebenarnya masih tahap awal mengenal bangku sekolah. Oleh karena peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia, pemerintah menetapkan pembelajaran secara daring. Jika dilihat dari peningkatan kasus, langkah PPKM ini cocok untuk kondisi negara kita sekarang.
Meski begitu masih banyak keluhan orangtua siswa sekolah dasar. Banyak timbul masalah baru seperti pendidikan yang kemudian berimbas ke faktor ekonomi. Sekolah daring untuk anak SD bukan hal mudah bagi masyarakat di pelosok negeri.
Tidak sedikit orangtua yang kurang mengenal teknologi, padahal sekolah daring memerlukan teknologi seperti handphone. HP-pun yang bisa untuk internetan. Setelah punya HP dengan spesifikasi itu. soal kuota internet tidak begitu masalah karena pemerintah memberi kuota internet gratis atau kuota kemendikbud yang banyaknya sesuai jenjang pendidikan. Persoalan muncul jika lokasi tempat tinggalnya belum terjangkau. Masalah lain adalah jika dalam satu keluarga hanya mempunyai satu handphone, padahal anak yang menempuh pendidikan lebih dari satu.
Selain HP dan jaringan internet, ada masalah lain lagi. Kalau dulu siswa SD cukup diantar ke sekolah, kemudian di sekolahan anak dibimbing guru dan orangtua bisa melanjutkan kegiatannya seperti bekerja. Sekarang orangtua harus tetap mendampingi serta membimbing selama proses pembelajaran. Oleh karenanya, orangtua harus membagi waktunya antara mendampingi anaknya dan mencari nafkah. Haruskah mengorbankan salah satu? Sungguh pilihan terlalu berat bagi orangtua. Memenuhi kebutuhan ekonomi penting, tapi menjadikan anaknya lebih baik dari dirinya juga tak kalah penting.
Jika persoalan tadi seperti lingkaran setan yang tak bakal bisa diselesaikan, maka hanya bisa berharap: semoga pandemi Covid-19 ini segera usai. Sehingga pembelajaran daring tidak berlanjut, kegiatan belajar mengajar pun normal kembali. Banyak anak yang rindu sekolah, belajar membaca dan berhitung bersama teman sekelas. (*)
*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow