Opini

Opini

Opini

Apr 29, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Plus Minus Blended Learning di Masa Pandemi

Oleh: Salsabila Mutiara Sari*

Pagebluk Covid-19 mengubah banyak hal. Dulu tidak membawa handsanitizer kemana-mana. Sekarang? Handsanitizer menjadi salah satu hal yang penting untuk bertahan hidup. Hal serupa juga terjadi dalam ranah pendidikan. Dulu mungkin menganggap pembelajaran online itu hal aneh. Sekarang? Malah menjadi salah satu cara untuk tetap melangsungkan pembelajaran. Pembelajaran online menjadi hal yang wajar saat ini.

Sayangnya, beberapa faktor membuat banyak pelajar tidak enjoy dengan sistem ini. Siswa mulai bosan dan mengakibatkan pembelajaran online tidak efektif. Tapi sebentar lagi para pelajar mulai bernafas lega karena ada wacana dimulainya pembelajaran tatap muka, meski dicampur dengan online.

Istilah blended learning masih awan di telinga kita. Mengutip dari Binus University, blended learning adalah metode pembelajaran dimana proses belajar melalui tatap kelas berpadu dengan proses e-learning secara harmonis atau bisa juga disebut pembelajaran campuran. Apa plus minus model ini?

Mari kita bahas dari poin plus model  ini. Pertama, pelajar akan lebih mudah  berpartisipasi aktif. Beberapa pelajar lebih nyaman aktif berpartisipasi ketika pembelajaran online, tapi ada juga yang merasa nyaman melalui tatap muka. Melalui blended learning pelajar bisa sama-sama aktif, karena menerapkan pembelajaran online maupun offline. Kedua, lebih banyak opsi untuk pelajar dalam mengakses materi pelajaran. Ketiga, lebih banyak variasi cara mengajar yang bisa diterapkan sehingga suasana belajar lebih kondusif.

Lalu apa saja poin minus dari blended learning ini? Pertama, masih banyak pengajar dan pelajar tidak begitu memahami mekanisme pembelajaran online. Misalnya untuk penggunaan Zoom, Google Meeting, dan Google Classroom. Kedua, tak bisa dipungkiri dalam sistem ini pelajar maupun pengajar masih membutuhkan koneksi internet yang stabil dan sayangnya beberapa dari mereka masih kesulitan mendapatkan sinyal yang bagus. Ketiga, beberapa sekolah belum siap untuk menerima sistem ini, misalnya tentang media pendukung.

Saat ini sepertinya terlalu berisiko tinggi bagi seluruh pelajar, orangtua, hingga staf pengajar untuk menerapkan sistem ini karena ada saatnya siswa dan pengajar bertatap muka padahal virus Corona-19 sedang mengganas. Padahal sepertinya para pelajar Indonesia sudah sangat menunggu kesempatan untuk menerapkan sistem blended learning.

Lantas apa solusinya? Jika memang akan melaksanakan blended learning dengan prosentase  85 % online dan 15 % offline. Atau, tekan dulu angka penyebaran Covid-19 dan permudah akses vaksinasi sehingga angka kasusnya. Bantuan kepada sekolah-sekolah seperti media pembelajaran online, kuota, dan lain-lain segera ditambah dan diberikan. (*)


*) Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here