Opini

Opini

Opini

May 9, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

RPL, Solusi Tuntaskan Pendidikan

Iis Suwartini, M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan akan melaksanakan Program Fasilitasi Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) adalah pengakuan kompetensi hasil belajar dari pembelajaran nonformal, informal, dan pengalaman kerja ke capaian hasil belajar pembelajaran formal, yaitu berupa pembebasan sejumlah mata kuliah atau perolehan SKS untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi (PT).

Program RPL diperuntukan bagi calon mahasiswa pada program sarjana dan magister (nonvokasi). Kriteria calon penerima RPL adalah: (1) lulusan SMA/sederajat yang memiliki pengalaman kerja, (2) lulusan D1/D2/D3 atau yang pernah mengikuti kuliah di PT dan tidak selesai tetapi memiliki pengalaman kerja, (3) mahasiswa program magister yang tidak selesai baik yang memiliki pengalaman kerja ataupun tidak.

Tujuan program RPL sebagai berikut: (1) memberikan kesempatan untuk belajar sepanjang hayat melalui pendidikan formal, (2) memberikan kesempatan kembali pada mahasiswa yang belum dapat menyelesaikan kuliahnya atau belum melanjutkan ke PT tetapi memiliki pengalaman kerja dan kompetensi yang relevan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, (3) Memberikan bantuan subsidi kuliah untuk satu semester di PT yang ditunjuk.

Program tersebut memberikan peluang kepada masyarakat untuk menuntaskan pembelajaran hingga PT. Tentunya banyak masyarakat yang mendambakan bisa menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi namun tak sedikit yang belum berkesempatan untuk mengeyam bangku kuliah.

Program RPL juga sangat membantu mahasiswa yang terkendala menyelesaikan perkuliahan karena satu dan lain hal. Sehingga kini tidak ada lagi istilah “Berburu ke padang datar dapat rusa belang kaki, berburu kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi”. Mahasiswa yang belum menuntaskan perkuliahan kini  mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan. Sehingga pembelajaran yang pernah di dapat di PT tidak putus di tengah jalan.

Tak dapat dipungkiri pentingnya pendidikan pada jenjang perguruan tinggi dalam lini kehidupan di era society 5.0 perlu disiasati. Hal tersebut menjadikannya begitu penting. Sekalipun telah memiliki kompetensi tertentu tetap diupayakan menuntaskan pendidikan di PT. Mengapa pendidikan pada jenjang PT begitu penting? Karena  perguruan tinggi mencetak generasi yang unggul dan mengedepankan 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration).

 

Perguruan tinggi mengajarkan kompetensi yang dibutuhkan  6 Literasi Dasar (literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan). Tidak hanya literasi dasar juga mengajarkan kompetensi lainnya seperti berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. 

Perguruan Tinggi pun mencetak mahasiswa berkarakter yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila seperti rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya. Dengan begitu banyak kompetensi yang tidak didapatkan dalam dunia kerja dan hanya bisa diperoleh di PT. Maka dari itu, betapa pentingnya generasi bangsa menuntaskan pendidikan tingginya.

Program RPL diharapkan dapat menjadi solusi agar generasi bangsa dapat memiliki berbagai kompetensi untuk menghadapi era Society 5.0. Di era tersebut masyarakat dituntut dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi Industri 4.0. Dengan kata lain, pada era Society 5.0 masyarakat memiliki kendali dalam menciptakan solusi dari berbagai permasalahan  dengan memanfaatkan teknologi serta mengembangkannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk menyiapkan masyarakat yang mampu beradaptasi. Hendaknya masyarakat memanfaatkan program RPL dengan sebaik-baiknya sehingga kompetensi yang dimiliki pun beragam. Dengan begitu masyarakat siap menghadapi era Society 5.0 sebagai insan unggul dan berdaya saing. (*)

Penulis adalah dosen PBSI FKIP UAD mahasiswa S3 PBI UNS

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here