Ada Klaster Tarawih, Mengapa Tidak Ada Klaster Mall?

Ada Klaster Tarawih, Mengapa Tidak Ada Klaster Mall?

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Arif Jamali Muis *)

Pak kok berita klaster tarawih, bukber, masjid sekarang lebih marak diberitakan, tapi pasar, mall, pesawat, tempat yang ramai kok jarang diberitakan? Jangan-jangan ada eng ing eng???

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Itu pertanyaan anak saya, Tsabita, sambil dialog santai. Pertanyaan itu mungkin juga mewakili pertanyaan kebanyakan orang. Nah sebagai orangtua yang punya keterbatasan pengetahuan saya mencoba semaksimal mungkin menjawab.

Klaster itu terjadi ketika ada tracing (lacak) yang kontak erat dengan yang terkonfirmasi Covid-19. Jika hasil tracing ternyata banyak yang positif maka disebut dengan klaster. Syaratnya kita kenal, minimal tahu, yang kontak erat dengan yang positif Covid-19.

Contoh sederhananya gini, ada jamaah masjid sakit lalu diperiksa dan swab test pcr ternyata positif, pasti oleh petugas kesehatan akan ditanya selain keluarga kemana saja dan siapa yang kontak erat (kontak erat ada kriteria tertentu). Yang bersangkutan mengatakan mengikuti jamaah tarawih di masjid, misalkan tidak menggunakan masker. Kemudian ditanya siapa saja yang kontak erat lalu menjawab si A, si B dan seterusnya. Jika A dan B bergejala dan ditest ternyata positif maka kita sebut klaster tarawih. So begitu juga dengan buka puasa bersama.

Lalu gimana dengan pasar, mall, tempat wisata kok jarang ada klaster?

Sebenarnya bukan tidak ada penularan Covid-19. Andaikan yang positif Covid-19 tadi ditracing lalu menjawab pergi ke pasar yang ramai dan berkerumun, lah bagaimana mentracingnya wong enggak kenal dengan samping kanan kirinya, jangankan kenal tahu saja tidak. Jadi sulit sekali mentracingnya, tapi bukan berarti tidak ada penularan Covid-19 di pasar atau tempat wisata. Lalu bagaimana kita melihat ada penularan di tempat wisata atau pasar atau mall yang berkerumun?

Lihatlah pascalibur panjang bulan Desember beberapa waktu yang lalu. Kasus Covid-19 melonjak, rumah sakit penuh, tempat isolasi mandiri penuh. Apa lalu ada klaster pasar, mall, tempat wisata? Tidak ada, tapi kasus melonjak tajam. Itu artinya ada penularan massif walau tidak ada klaster.

Jika dibandingkan dengan transportasi, misal pesawat atau kereta, yang mempunyai aturan protokol ketat seperti harus genose atau swab antigen, apakah ada masjid kita menerapkan genose atau swab antigen kalau mau masuk masjid?

Mari kita belajar dari India yang saat ini kewalahan karena abainya masyarakat terhadap protokol kesehatan. Baangsa ini sangat mungkin akan mengalami kasus yang sama seperti India kalau kita semua abai. Masyarakat adalah hulu dari penanggulangan wabah ini. Silakan berkegiatan tapi jangan abaikan masker, jangan buka masker saat bersama-sama, jaga protokol kesehatan. Jika tidak sangat penting jauh lebih baik di rumah bersama keluarga. Salam.


*) Penulis adalah Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah

Tulisan ini sudah diunggah sebagai status FB Arif Jamali M, kemudian yang bersangkutan mengirimnya untuk mediamu.com

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait