Darahku Muhammadiyah, Jenderal!

Darahku Muhammadiyah, Jenderal!

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Among Kurnia Ebo*

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Sebagai warga Muhammadiyah saya tentu tersinggung dengan pengkasusan Dahnil Simanjuntak ini.

Acaranya yang bikin Kemenpora. Yang ngasih duit Kemenpora. Pemuda Muhammadiyah juga tinggal melaksanakan teknisnya. Meski banyak kesepakatan yang dilanggar Kemenpora. Diubah sesukanya. Bahkan acara tabligh akbar yang menjadi ciri khas Muhammadiyah dihapuskan.

Kini malah dituduh melakukan penyimpangan. Bahkan uang 2M yang dianggarkan Kemenpora sendiri diungkit-ungkit. Yang saya yakin Daniel juga nggak pernah liat uang itu karena ada panitia yang melaksanakan acara secara teknis.

Yang minta acara siapa, yang dituding salah siapa. Apalagi cuma menyangkut 2M. Bagi Muhammadiyah itu duit receh. Muhammadiyah ini sudah ada jauuuuhh sebelum Republik ini berdiri. Assetnya sekarang puluhan trilyun. Dua M nggak ada apa-apanya. Tapi demi mensukseskan acara permintaan Kemenpora duit diterima dan ikut dalam pelaksanaannya. Ini soal etika. Muhammadiyah selalu mendukung program pemerintah yang bertujuan baik. Lah sekarang kok dipolitisir seperti itu.

Harga Muhammadiyah terlalu besar kalau cuma dibandingkan duit dua milyar. Sekali lagi duit receh itu. Muhammadiyah sudah biasa melakukan kegiatan seperti muktamar dengan anggaran puluhan milyar secara mandiri dan tidak ada masalah apa-apa. Jadi, aneh bin janggal bin tak masuk akal jika Daniel kemudian dipermainkan dalam kasus kemah pemuda ini.

Rezim seolah sudah kehilangan kewarasan dan akal sehat. Rezim yang seolah dengan gampang mempermainkan hukum demi kepentingannya sendiri. Bukan menegakkan keadilan. Tapi menyimpangkan keadilan. Hukum rasanya tak lagi adil.

Maka, saya sangat setuju ketika Pemuda Muhammadiyah mengembalikan duit 2M sumbangan Kemenpora itu. Harga diri Muhammadyah tidak bisa dibeli dengan duit recehan begitu. Entah kalau organisasi lain. Muhammadiyah punya duit beribu lipat dari itu. Kalau nggak punya niat baik sedari awal tidak perlu meminta kerjasama dengan Muhammadyah. Muhammadiyah nggak perlu dukungan siapa-siapa juga sudah besar. Besar namanya,  besar duitnya, besar pengaruhnya!

Sebagai mantan aktivis organisasi Muhammadiyah saya merasa tersinggung dam dilecehkan dengan perlakuan pada Bang Daniel. Secara pribadi saya belum mengenalnya karena saya tidak aktif di Pemuda Muhammadiyah. Tapi sebagai sesama aktivis Muhammadyah saya memahami suasana kebatinannya. Hati dan jiwa warga Muhammadiyah itu sesungguhnya satu dan menyatu.

Insya Allah, darah kami tetap Muhammadiyah meski goncangan dan badai terus melanda. Kami akan tetap menghidup-hidupi Muhammadiyah demi umat islam dan Indonesia.

Islam Agamaku

Muhammadyah Gerakanku!


*Mantan aktifis IRM & IMM yang begitu cinta dengan Muhammadyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait