Mewujudkan Generasi Milenial yang Islami

Mewujudkan Generasi Milenial yang Islami

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Eko Harianto, M.S.I.*

Generasi muda merupakan generasi penerus yang sangat berpengaruh dalam proses pembangunan bangsa Indonesia. Generasi muda selalu menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa yang dapat merubah pandangan orang dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan ide-ide ataupun gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Masa muda merupakan masa yang krusial dalam kehidupan. Pada masa inilah seseorang sedang giat-giatnya mencari jati dirinya. Hal inilah yang kelak akan sangat mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Rasulullah menyebutkan di antara tujuh golongan yang memperolah naungan pada saat tiada naungan kecuali naungan dari-Nya pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.

Generasi muda yang ingin sukses adalah generasi yang pandai memanfaatkan peluang masa mudanya untuk maju dan berubah.Ia menyadari bahwa peluang itu tidak akan berulang. Ia memanfaatkan masa muda sebelum datang masa lemahnya (tua), masa sehat sebelum sakitnya, masa lapang sebelum sempitnya, masa terang sebelum masa gelapnya.

Menjadi pertanyaan kita saat ini, bagaimana menjadi generasi muda milenial yang Islami? Pertama, memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Ilmu di sini adalah ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu yang sangat penting untuk dimiliki adalah ilmu keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sehingga, apabila menguasai suatu ilmu umum dapat menambah tingkat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman dan takwa adalah kompas penunjuk arah dalam segala situasi dan kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Diharapkan dengan bekal ilmu yang dimiliki dapat menjadikan akidahnya lurus dan ibadahnya benar.  

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11: “Allah SwT akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.” Dilanjutkan juga dalam hadits Nabi Muhammad Saw. yang sudah populer kita dengar: “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka harus dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat maka dengan ilmu. Dan  barangsiapa yang ingin kedua-duanya maka harus dengan ilmu.”

Manusia yang berilmu tentu memiliki wawasan yang luas. Karena merupakan salah satu sifat dari Rasulullah Saw. ialah fathonah (cerdas). Dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karena seorang manusia terlebih pemuda yang memiliki daya tangkap yang kuat harus memiliki wawasan ke-Islaman dan keilmuan yang luas. Untuk mencapai wawasan yang luas, dituntut untuk mencari/menuntut ilmu agar tidak tersesat dalam pemahaman yang sempit. Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra. berkata: “Hendaklah kamu berilmu sebelum kamu memimpin.” Pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok, baiknya masa depan suatu masyarakat dapat kita lihat bagaimana generasi muda pada hari ini!

Kedua, memiliki akhlak yang mulia. Islam sangat memperhatikan pendidikan umatnya, terutama generasi muda untuk berakhlak mulia. Karena akhlak yang mulia merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap manusia, khususnya bagi seorang muslim baik dalam hubungan kepada Allah SWT maupun dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Rasulullah Saw. di masa mudanya diberi gelar Al-Amiin (orang terpercaya) oleh penduduk kota Makkah pada masa itu. Karenanya, Allah SWT memuji akhlak beliau sebagaimana dalam firman-Nya Q.S. Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari, Ahmad, dan Hakim). Diharapkan generasi muda menjadi kebanggaan bagi orang tua, masyarakat dan negara. Dengan akhlak yang mulia, seperti di rumah, sekolah, kampus, di jalan, dan dimana pun berada dan terhadap siapa saja. Dengan kemuliaan akhlak manusia akan bahagia hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.

Ketiga, menjaga diri dari pergaulan negatif. Generasi muda sangat riskan terjebak dalam pergaulan bebas dan obat-obatan terlarang yang sekarang ini sangat marak dalam kehidupan. Menjaga pergaulan dan menjaga hubungan baik tentu menjadi hal yang penting bagi siapa saja. Akan tetapi, setiap manusia memiliki kecenderungan yang baik dan yang buruk. Berada padahal yang baik dan menjauhi keburukan tentu harus ada motivasi dan kesungguhan. Selain itu, penggunaan obat-obatan terlarang merupakan ancaman yang sangat serius bagi generasi muda. Firman Allah SWT sebagai antisipasi diri dalam pergaulan negatif yaitu zina: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Israa’: 32)

Hadits Nabi Muhammad Saw. terhadap laki-laki yang menyerupai wanita: “Rasulullah Saw. telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi)

“Dan aku melarang kalian dari segala yang memabukkan.” (HR. Abu Dawud)

“Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr adalah haram.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Sehingga diharapkan kepada generasi muda agar tidak terjebak ke dalam pergaulan negatif dapat memilih teman yang baik. Karena kesalahan dalam mencari teman akan membawa penyesalan di akhirat kelak.

Keempat, disiplin dalam menggunakan waktu. Generasi muda saat ini terkesan banyak mengisi kegiatannya dengan kegiatan yang hura-hura dan membuang waktu. Padahal waktu adalah sesuatu yang amat mahal dalam hidup seseorang. Disiplin dalam penggunaan waktu merupakan faktor terpenting dalam meraih kesuksesan manusia. Masalah waktu mendapat perhatian yang besar dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-‘Ashr ayat 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Banyak manusia yang menyesal di hari tua karena lalai saat masih muda. Semasa muda waktunya dihabiskan di warnet, warung kopi, main game, dan berseda gurau. Oleh karena itu, setiap muslim dituntut untuk disiplin dalam mengelola waktu dengan baik. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw. menyinggung tentang masalah waktu, yaitu memanfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni: waktu hidup sebelum meninggal, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk, dan kaya sebelum miskin.

Kelima, memiliki jiwa kemandirian dan profesional. Sebagai generasi muda milenial hendaknya memiliki jiwa kemandirian dan profesional. Salah satu ciri seorang Muslim memiliki jiwa kemandirian. Mempertahankan apa yang telah menjadi kebenaran dan berjuang untuk mempertahankannya harus dilaksanakan dengan baik. Seorang Muslim tidak ada kewajiban hidup dalam keterbatasan ekonomi, seorang Muslim boleh menjadi kaya raya bahkan memang harus kaya agar dapat melaksanakan ibadah haji dan membantu saudara-saudaranya yang membutuhkan melalui infaq, sedekah, dan amalan-amalan yang lainnya. Selain kemandirian, generasi muda dituntut untuk dapat profesional dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan maksimal sesuai prosedur yang benar. Segala pekerjaan harus diselesaikan dengan profesional, apapun pekerjaan tersebut. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal yang harus mendapatkan perhatian serius dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dengan profesional dan kemandirian, akan mendapatkan hasil atau manfaat yang sangat besar. Kemandirian akan lahir dari profesional dalam melakukan pekerjaan. Profesional menjadi sebab bagi seseorang untuk mendapatkan rejeki dan ridha dari Allah SWT.


*Guru SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan Dosen STAIM Klaten

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait