Resep Sehat dan Bahagia A-Z
Oleh: dr. M. Bambang Edi Susyanto, Sp. A., M.Kes.*
A. Alhamdulillah, bersyukur dalam semua keadaan
Menarik, bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kita dua doa yang dimulai dengan alhamdu lillah, untuk dibaca saat mendapat anugerah maupun musibah. “Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmussholihat” untuk suasana gembira, dan “alhamdu lillahi ‘alaa kulli hal” untuk suasana duka. Resep pertama adalah bahwa kita tidak boleh kehilangan rasa syukur dalam semua keadaan.
Orang yang mensyukuri ni’mat sehat, akan makin sehat. Rasa syukur dalam kedukaan akan mencegah kita jatuh pada depresi berkepanjangan.
B. Bersih, terapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Seorang muslim yang sudah terbiasa berwudlu setidaknya lima kali sehari, insya Allah mudah untuk menjalankan saran penerapan PHBS. Cuci tangan sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan untuk keluarga, sesudah buang air, setelah bersentuhan dengan orang sakit atau benda-benda terkait orang sakit atau bahkan anjuran untuk mandi setelah berkunjung ke rumah sakit. Memakai masker jika keluar rumah juga anjuran yang seharusnya kita sambut dan laksanakan dengan baik.
C. Cukup dalam semua hal.
Kecapekan yang berulang/kronis akan menyebabkan ketidakseimbangan antara kadar antioksidan dan oksidan (radikal bebas) dalam tubuh. Hal yang sama juga dapat terjadi pada kegemukan/obesitas, maka kita juga harus menjaga tingkat konsumsi agar tidak sampai berlebihan.
Ayat 81 dari surat Thoha, mengingatkan kita bahwa melampaui batas dalam pola makan dapat menyebabkan kemurkaan Allah dan kebinasaan (antara lain timbulnya penyakit fisik). Agar sehat, harus cukup aktivitas, istirahat, serta dalam makan dan minum serta cukup tidur. Hindari tidur terlalu malam. Sangat dianjurkan jika pukul 21.00 sudah bersiap berangkat tidur. Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah menyarankan agar semua pertemuan dapat diatur agar selesai sebelum pukul 23.00. Tekanan darah dan gula darah juga harus dikendalikan cukup normal, karena tekanan darah tinggi dan gula darah tinggi berisiko menyebabkan komplikasi penyakit otak, jantung, dan ginjal.
D. Doa dan Dzikir
Hendaknya kita minta pertolongan dan perlindungan Allah SWT agar selalu sehat jasmani, rohani, dan sosial, serta bahagia, karena Allah sumber kebahagian dan keselamatan. Al ’afiyah (sehat dan selamat) merupakan ni’mat Allah terbesar setelah iman, maka kita wajib meminta dan menjaganya. Dzikir menimbulkan ketenangan, dan ketenangan menyebabkan optimalnya produksi/sekresi hormon yang mendukung kebahagiaan dan kebahagiaan.
E. Emosi dijaga.
Emosi yang stabil, tidak mudah tersinggung, marah, dendam atau iri hati akan menyehatkan jiwa, serta terhindar dari penyakit-penyakit fisik. Amarah atau dendam akan berdampak pada hilangnya kecerahan wajah dan menurunkan imunitas. Depresi dan sulit tidur kerap menyertai emosi yang tidak terkontrol dengan berbagai konsekuensinya terhadap kesehatan tubuh. Adalah wajar, jika dalam pergaulan sehari-hari timbul gesekan dan emosi tersulut, namun hendaknya jangan kita biarkan berlarut-larut. Usahakan agar energi negatif bisa kita selesaikan setiap malam sebelum tidur.
F. Fikiran Positif.
Berpikir positif, atau berhusnudhon baik kepada Allah maupun sesama. Bahkan terhadap diri sendiri, jangan mudah menilai diri sendiri menderita penyakit tertentu hanya karena adanya keluhan dan bermodalkan artikel internet. Apabila ada keluhan, silakan berkonsultasi pada dokter atau psikolog misalnya, agar mereka dapat membantu anda mengurai masalah anda. Sering kali saya bertemu dengan orang-orang yang mengeluhkan kesehatannya, ternyata apa yang mereka keluhkan saya pandang sebagai variasi normal atau gangguan fisiologis yang tidak serius. Juga tidak perlu obat atau pemeriksaan lebih lanjut. Sambil berusaha secara maksimal, seyogyanya kita juga berharap, semoga Allah segera mengusir pandemi ini.
G. Gembira
Apapun masalah dan kesulitan yang dihadapi, jangan pernah kehilangan kegembiraan, termasuk dalam keadaan sakit. Kegembiraan merupakan bagian dari kesembuhan, maka di antara tugas kita yang sedang menengok orang sakit adalah menghibur si sakit. Menyampaikan salam dari keluarga dan handai taulan, bercerita lucunya anak atau cucu si sakit adalah di antara cara yang dapat menghibur si sakit. Demikian pula menyampaikan kabar gembira atau hiburan dari hadits Nabi SAW tentang gugurnya sebagian dosa bagi seseorang yang sabar dalam sakitnya.
H. Hindari faktor risiko.
Faktor risiko adalah faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit, sedangkan factor prognostic adalah faktor yang mempengaruhi luaran suatu penyakit. Sebaliknya, usahakan agar kita mempunyai faktor proteksi yang akan mengurangi risiko terjadinya penyakit atau timbulnya komplikasi penyakit. Makanan, minuman, dan zat yang merugikan apalagi membahayakan harus kita hindari, tak hanya khomr atau rokok, demikian pula faktor-faktor lain yang merugikan kesehatan.
I. Ikuti irama sirkadian
Hendaknya kita memperhatikan jam biologis, jangan ditabrak, kecuali sesekali. Malam diciptakan Allah untuk beristirahat, sedangkan siang disiapkan untuk bekerja. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. Ar-Ruum:23). Ayat semisal dapat kita temukan pada surat an-Naba dan An-Naml.
Hendaknya kita hidup dalam irama teratur dan sesuai dengan irama sirkadian, daya tahan tubuh lebih kuat dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi maupun penyakit tak menular.
J. Jaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan upaya terbaik kita untuk sehat dan bahagia. Dalam dunia kesehatan dikenal upaya preventif dan promotif. Pencegahan dengan penghindaran faktor risiko sudah disebutkan pada huruf H, pencegahan juga dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi pada beberapa penyakit infeksi. Upaya promotif adalah upaya meningkatkan derajat kesehatan. Misalnya mengonsumsi makanan berkualitas, minum madu, suplemen atau herba tertentu dan juga dengan melakukan olah raga dan mengatur aktivitas fisik.
Rasul SAW memberi nasihat dalam hadits berikut: “Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya di hadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi). Menjaga Allah dalam hadits tersebut adalah menjaga hukum-hukum Allah. Menjaga kesehatan kita lakukan dengan melakukan hal-hal yang dianjurkan serta menjauhi yang tidak dianjurkan menurut norma kesehatan.
K. Khawatir, takut, dan cemas dijaga dalam kadar minimal.
Kekhawatiran atau rasa cemas dalam dosis yang cukup akan melahirkan kewaspadaan dan respon normal, namun bila berlebihan menimbulkan kepanikan atau respon psikologis dan fisik yang tidak kuat. Dikenal beberapa penyakit atau keluhan yang muncul sebagai respon stres psikologis, yang disebut kondisi psikosomatis atau psikofisiologis.
L. Literasi Kesehatan
Kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat literasi kesehatan. Kemampuan mencari dan menyaring informasi kesehatan yang sahih akan menghindarkan dari aneka informasi sampah (hoax) dalam bidang kesehatan yang tidak kalah banyaknya dibandingkan hoax dalam bidang politik. Harus pandai memilah dan memilih makanan yang akan kita konsumsi, terbiasa membaca dan memahami kandungan gizi dari makanan.
M. Maafkan kesalahan orang lain.
Memaafkan kesalahan orang lain merupakan rahasia bahagia seorang sahabat Nabi SAW yang sudah mendapat sebutan ahli surga ketika masih hidup. Memaafkan kesalahan orang lain, bahkan sebelum mereka minta maaf, akan sangat baik. Ini akan menjaga kita tidak mudah sakit.
N. Nikmati semua kenyataan dengan nyaman.
Semua ada prosesnya. Maka nikmati prosesnya. Jangan suka mengeluh tentang prosedur yang panjang atau rumit dan sebagainya. Kenyataan hidup juga harus dihadapi dengan nyaman, sesuai falsafah kuno “Narima Ing Pandum”. Bahasa agamanya qona’ah, menerima dengan ridho, tanpa banyak mengeluh, atau bahkan menerima tanpa catatan atau tanpa syarat, Sikap ini akan membuat hidup kita bahagia dan juga sehat lahir batin.
O. Optimis dalam hadapi semua tantangan.
Doa-doa untuk orang sakit mengajarkan kita bersikap optimis. Misalnya doa yang sangat terkenal, meminta agar Allah mengusir penyakit dan memberi kesembuhan dengan kesembuhan sempurna, yang tidak berbekas. Bahkan doa untuk orang yang sakit sangat parah pun tetap memberikan opsi harapan kesembuhan: jika mati baik baginya…. Jika sembuh baik baginya….
Jelas sekali larangan bagi muslim untuk berputus asa dari rahmat Allah. Orang yang merasa berdosa besar pun dipersilakan untuk tetap mengharap rahmat dan ampunan Allah. Ini akan menghindarkan dari sikap putus asapresi.
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS az-Zumar: 53- 54).
P. Proaktif
Menarik, bahwa doa yang dibaca jika kita merasa nyeri ternyata mengajarkan sikap proaktif. “Bismillah 3x, Aku berlindung kepada Allah dari apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi.” Keluhan nyeri dada, misalnya harus menjadi sinyal kewaspadaan akan apa yang mungkin terjadi di balik rasa nyeri itu, misalnya serangan jantung, sehingga keluhan nyeri dada seyogyanya menuntun orang untuk berkunjung ke instalasi gawat darurat.
Q. Q(k)ualitas hidup
Kualitas hidup dimulai dengan kemurnian niat, menjaga mutu aktivitas hidup, menjaga kualitas makanan, hiburan, dan sebagainya. Allah menguji kita bukan untuk melihat siapa di antara kita yang paling banyak, namun yang terbaik amalnya. “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2)
R. Rendah hati.
Rendah hati, tidak bersikap jumawa tapi juga tidak rendah diri. Ridlo dengan ketetapan Allah SWT atas semua yang sudah terjadi. Memandang dan mengakui kelebihan orang lain dan tidak iri kepada mereka merupaka kunci kebahagiaan dan juga kesehatan.
S. Silaturahmi dan Sedekah
Suka bersilaturahmi, senyum salam sapa untuk semua menjadi resep penting kesehatan dan kebahagiaan. Senyum meningkatkan imunitas. Cukup banyak kisah, bahwa silaturahmi dan sedekah itu membantu kesembuhan penyakit.
T. Tawakal
Tawakal kepada Allah dalam melaksanakan semua upaya kesehatan. Taat asas (konsisten) dengan prinsip, visi-misi, tujuan dan program kesehatan. Juga tawakal dalam menjalani upaya kesehatan itu. Menarik, bahwa dunia kesehatan menggunakan istilah upaya, baik untuk pencegahan, peningkatan, pengobatan, maupun rehabilitasi. Maka benarlah ketika Rasul SAW yang mulia itu menyebut, bahwa kesembuhan suatu penyakit itu menghajatkan dua syarat, pengobatan yang tepat dan ijin Allah. Tawakal antara lain dicerminkan dalam ungkapan laa haula wa laa quwwata illaa billah dan insya Allah dalam mengharapkan prognosis (luaran) yang baik dari suatu penyakit.
Tawakal bagi pengikut ahli sunnah bukan berarti tanpa upaya, namun justru ditegaskan bahwa tawakal itu dilakukan dengan cara mengambil sebab. Artinya, tawakal itu peduli terhadap hukum sebab akibat (sunnatullah), termasuk pemahaman bahwa wabah itu tunduk kepada hukum sebab akibat dan bukan terkait dengan derajad kesalihan seorang hamba. Ribuan sahabat Nabi SAW yang mulai juga diberitakan wafat terkait wabah pada masa kekhalifahan Umar Ibn al-Khottob.
U. Utamakan kesehatan
Sebagai ni’mat terbesar kedua setelah iman, kesehatan harus dijadikan prioritas. Setiap keluarga harus menyediakan dana khusus untuk kesehatan. Juga seyogyanya semua kegiatan harus berwawasan kesehatan. Artinya pertimbangan kesehatan harus menjadi pertimbangan pokok bagi setiap rencana kegiatan. Kita belajar dari syariat Ramadhan, yang membenarkan seseorang tidak melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan yang sangat diutamakan atas alasan gangguan kesehatan. Bahkan, potensi gangguan kesehatan pun sudah dibolehkan menjadi alasan ditinggalkannya kewajiban puasa, seperti kelemahan fisik atau beratnya beban tubuh jika berpuasa (lansia atau buruh, wanita hamil dan menyusui).
V. Vitamin
Vitamin secara alamiah akan kita dapatkan jika cukup mengonsumsi buah dan sayur. Vitamin D ada dalam kuning telur dan beberapa makanan, namun sumber terpentingnya adalah paparan sinar matahari. Alangkah indahnya ketika al-Quran menyebut beberapa buah misalnya kurma, anggur, dan delima. Namun demikian buah-buahan lain yang tidak disebut juga baik untuk dikonsumsi. Tentu saja, tetap dengan mempertimbangkan buah apa yang cocok atau tidak cocok sesuai dengan kondisi perorangan. Adapun suplemen multi vitamin tambahan dapat dipertimbangkan untuk kita minum jika merasa asupan buah dan sayur kurang atau jika ada dalam masa penyembuhan penyakit serta jika menganggap tentangan infeksi dari lingkungan sangat besar.
W. Wisata
Wisata dalam arti umum maupun wisata hati, jangan dilupakan untuk keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani kita.
X. X(Ex)trem
Tidak perlu mengejar sesuatu prestasi atau prestise yang ekstrem. Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah-tengah, adapun jika kita diberi kesempatan untuk mendapat suatu unggulan, maka itu adalah nikmat yang perlu dsyukuri.
Y. Ya ya ya
Kemesraan jangan cepat berlalu. Tetaplah romantis dengan suami/istri masing-masing dan tidak merasa terlalu tua untuk bersikap romantis.
Z. Zuhud
Zuhud artinya tidak terlalu gembira karena mendapat anugerah, dan tidak terlalu sedih karena tertimpa mushibah. Kemampuan kita untuk memegang dunia di tangan, bukan di dalam hati. Sikap ini akan mendukung kesehatan jiwa dan raga kita, insya Allah.
*Dosen FK-UMY Yogyakarta
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow