Digitalisasi IMM: Wacana atau Realita?
Oleh: Muhammad Amin Azis
Era digital merupakan era dimana seluruh kegiatan manusia telah dipermudah oleh canggihnya teknologi. Kecanggihan teknologi menjadi pertanda berkembangnya peradaban manusia. Sebelumnya untuk bertukar kabar dengan keluarga, harus berkirim surat atau mendatangi telepon umum. Berbeda halnya dengan era sekarang, perkembangan teknologi mengharuskan masyarakat meninggalkan berkirim surat dan mendatangi telepon umum. Saat ini teknologi mampu memadukan antara pesan (surat) dan telepon suara bahkan sekaligus dapat melihat wajah lawan bicara.
Setiap perubahan pasti ada baik dan buruk, begitupun dengan kecanggihan teknologi. Cepatnya informasi menyebar menjadi masalah baru bagi kehidupan masyarakat. Sering kali informasi yang sampai pada layar masyarakat merupakan berita bohong (hoaks) dan diterima secara mentah tanpa diolah terlebih dahulu. Lain dari itu, media digital juga digunakan sebagai senjata dalam menghadapi perang identitas. Untuk mempertahankan identitas individu ataupun kelompok segala cara dapat dilakukan.
Fenomena ini perlu menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat agar tidak terjadi perpecahan antarindividu maupun kelompok. Fenomena yang demikian menandakan bahwa seluruh lapisan masyarakat perlu mendapatkan pemahaman bersosial media (literasi digital).
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kemasyarakatan IMM perlu menanggapi fenomena ini. Untuk menanggapi fenomena tersebut dan kemudian menyelesaikannya, gerakan IMM perlu bertransformasi pada tataran media baik secara organisatoris maupun secara gerakan. Kader IMM yang identik dengan mahasiswa mampu membendung penyebaran hoaks dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki.
Wacana digitalisasi gerakan telah lama dibahas dan dikaji para pimpinan IMM. Namun jauh panggang dari api, rumusan konsep yang telah didiskusikan hingga berhari-hari baru sebatas wacana, entah kapan terlaksana. Rumusan konsep digitalisasi gerakan IMM baru sebatas wacana terbukti dengan media-media yang dikelola IMM hanya sebagai media informasi kegiatan, selain tidak banyak website dan akun youtube IMM yang memberi nilai pengetahuan.
Hal ini menjadi kritik bersama bagi seluruh kader IMM yang notabennya generasi-Z, generasi yang memiliki kemandirian, kreativitas, dan inovasi tinggi. Namun kelebihan ini terbentur dengan sikap pesimis dan mudah tersinggung yang pada akhirnya mengurangi produktivitas gerakan.
Agar rumusan konsep yang telah dibentuk tidak sebatas wacana, kader-kader IMM perlu mengetahui terlebih dahulu kepentingan apa yang mengharuskan IMM masuk ke ranah media. Kepentingan IMM masuk ke ranah media tidak lain sebagai metode gerakan alternatif di era disrupsi saat ini, apalagi sejak akhir 2019 terjadi pandemi Covid-19 yang mengharuskan seluruh kegiatan beralih menjadi online.
Selain itu, digitalisasi IMM juga bertujuan melebarkan ranah dakwah dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Setelahnya, kader-kader IMM perlu mengetahui dasar-dasar literasi digital yang kemudian membentuk sebuah gagasan untuk gerakan yang berkelanjutan.
Digitalisasi gagasan maupun gerakan merupakan bentuk keramahan IMM dalam menghadapi perkembangan zaman. Selain itu, upaya digitalisasi merupakan langkah dakwah yang merambah ke seluruh lapisan masyarakat. Upaya implementasi digitalisasi gerakan bukan menjadi masalah besar bagi IMM, hal ini dikarenakan konsistensi perekrutan kader dengan latar akademik yang beragam dapat menjadi solusi untuk pengembangan digitalisasi gerakan.
Kadangkala banyaknya kuantitas menjadi masalah baru dalam tubuh IMM. Tidak seluruh kader memahami IT, kadangkala kader-kader yang memiliki kemampuan bidang digital terpinggirkan baik karena faktor akademik ataupun non akademik. Selain itu tidak meratanya jaringan internet di Indonesia juga menjadi persoalan dalam melanggengkan wacana digitalisasi menjadi gerakan.
Faktor-faktor penghambat ini perlu menjadi perhatian agar digitalisasi gerakan terealisasi dan bukan sekadar wacana. Digitalisasi gerakan merupakan bentuk ijtihad IMM untuk tetap memperlebar ranah gerakan dakwah. Gagasan segar perihal digitalisasi media harapannya dapat menjadikan IMM sebagai produsen konten atau influencer gerakan sosial berbasis media. Pembentukan konsep dibingkai nilai-nilai yang ada dalam tubuh ikatan agar gerakannya tidak berjalan secara sporadis.
Gerakan yang perlu digagas IMM di setiap tingkatan kepemimpinan diantaranya adalah:
Pertama, arsip data berbasis digital. Stabilnya sebuah organisasi dilihat dari rapinya administrasi organisasi tersebut. Arsip data berbasis digital ini akan menjadi big data bagi IMM, hal ini bisa dilakukan setiap tingkatan kepemimpinan khususnya pada tingkat pusat.
Tujuan pengarsipan data secara digital dapat merapikan administrasi IMM sendiri, selain itu arsip data yang dihimpun menjadi satu baik dengan bentuk penyimpanan (cloud/drive) ataupun aplikasi akan mempermudah akses surat menyurat yang sesuai dengan panduan administrasi dari pimpinan tertinggi.
Arsip data digital juga untuk menghimpun data kader IMM dari pusat hingga komisariat. Data kader yang terarsip menjadi satu akan mempermudah ketika ingin melakukan reuni alumni.
Kedua, reformulasi platform digital. Saat ini setiap jenjang kepemimpinan sudah memiliki platform digital sendiri, namun platform media yang dimiliki perlu ditinjau kembali. Seringkali platform tersebut digunakan hanya sebagai wadah pemberitahuan telah melakukan kegiatan. Dengan demikian perlu kiranya perubahan yang awalnya hanya produksi konten pemberitahuan telah melaksanakan kegiatan menjadi penyebaran wawasan segar.
Ketika perubahan tersebut telah terlaksana, maka gerakan literasi yang digagas IMM akan semakin merambah ke ranah lebih luas dan dampaknya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. (*)
*Penulis adalah Kabid RPK PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow