Membimbing Aktivitas Anak Selama Belajar di Rumah Secara Asertif dengan Pendekatan Mode Deactivation
Muya Barida *)
Hati orangtua mana yang tidak susah melihat anak-anak mereka sudah lama tidak mengikuti pembelajaran di sekolah, sementara anak-anak hanya bermain gadget seharian penuh atau melakukan perilaku lain yang tidak produktif? Orangtua yang peduli terhadap masa depan anak pasti merasakan keresahan atau kebimbangan yang mendalam melihat perilaku anak mereka tidak sesuai idealnya. Sebagai orangtua, memang selayaknya untuk membimbing anak selama belajar dirumah atau study from home. Tapi apakah semua orangtua mampu untuk mengarahkan perilaku anak pada aktivitas-aktivitas yang produktif dengan cara tepat?
Ketidakmampuan orangtua membimbing anak secara tepat ini bisa dalam bentuk perilaku pasif atau agresif. Bagi orangtua yang melihat anak berperilaku tidak produktif sementara hanya berdiam diri saja maka ini disebut dengan pasif, tidak melakukan apa-apa. Bagi orangtua dengan tipe pasif, yang penting anaknya diam atau tidak melakukan hal yang merugikan maka dibiarkan. Bisa jadi juga orangtua tipe pasif ini betul-betul tidak peduli terhadap perkembangan anaknya. Bagi orangtua tipe agresif, ketika anaknya berperilaku tidak produktif maka cara meresponnya dengan kata-kata atau perbuatan kasar. Orangtua tipe agresif ingin mengintervensi dan mengintimidasi anaknya agar sesuai kehendaknya tanpa memedulikan perasaan anak.
Kedua bentuk perilaku orangtua terhadap anak ini dapat menjauhkan anak dari hak-haknya sebagai anak, juga merugikan orangtua sendiri yaitu mereka tidak akan dihargai setidaknya tidak untuk saat ini melainkan nanti. Sebagai contoh orangtua agresif, barangkali ketika anak ditegur dengan kata-kata kasar saat ini akan menuruti perkataan karena takut. Bisa jadi di lain waktu karena anak sudah tidak merasa takut lagi kepada orangtua maka tidak akan menurut lagi apapun yang disampaikan orangtua.
Inilah perlunya orangtua berperilaku secara asertif ketika mendidik anak-anak mereka. Asertif menggambarkan orangtua yang tegas, jujur, apa adanya, tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan anak. Orangtua asertif sekaligus dapat menjadi contoh figur perilaku ideal bagi anak-anaknya. Orangtua asertif ini mampu berdialog atau berbicara dengan anak-anak mereka secara efektif, mampu memberikan umpan balik terhadap perilaku anak secara membangun, mampu mengatasi konflik antara pandangan anak dengan dirinya secara win-win solution, dan mampu menunjukkan komunikasi non-verbal secara tepat.
Melalui cara asertif ini orangtua akan nyaman karena tidak akan terjadi unfinished business antara dirinya dengan anaknya dan anakpun akan sangat nyaman ketika bersama orangtuanya. Untuk mengatasi perilaku anak yang tidak sesuai dengan idealnya ini orangtua menunjukkan cara berkomunikasi asertif dengan dibingkai pendekatan yang tepat.
Mode deactivation merupakan salah satu pendekatan dalam terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku anak yang dinilai tidak tepat. Praktis yang dapat dilakukan orangtua ini terdiri dari 3 (tiga) langkah.
Langkah pertama, yaitu Validation. Orangtua bersama anak berdisuksi dengan hangat dan terbuka, orangtua mengajak anak untuk secara sadar menyadari pengalaman atau perilaku yang dilakukan anak selama ini. Tentu saja berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan anak, terutama aktivitas yang mencerminkan perilaku tidak ideal, kemudian menerima itu sebagai hal wajar bukan masalah. Bisa jadi anak melakukan perilaku tidak ideal di rumah karena bingung aktivitas apa yang harus dilakukan di rumah.
Langkah kedua, yaitu Clarification. Orangtua mengajak anak untuk merenungkan kembali apakah perilaku yang dilakukan dalam aktivitas sehari-hari selama ini menguntungkan bagi diri dan kehidupannya ataukah sebaliknya. Dengan mengajak anak merenungkan perilaku bersama orangtua, maka mereka akan merasa bahwa orangtuanya peduli terhadap kehidupannya.
Langkah ketiga, yaitu Redirection. Orangtua mengajak anak untuk mengalihkan dan mengarahkan perilaku tidak ideal dalam kesehariannya pada perilaku yang lebih berfungsi dan realistis sesuai kebutuhan dan pilihan hidupnya yang positif.
Melalui langkah Verification, Clarification, dan Redirection yang dilakukan orangtua secara asertif maka dapat membantu anak untuk menemukan kembali arah kehidupan mereka dan masa depanmereka. (*)
*) Penulis adalah dosen Bimbingan Konseling UAD
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow