Opini

Opini

Opini

May 9, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Menapaki Abad Kedua: Kiprah Muhammadiyah Saat Pandemi Covid-19

Oleh: Nur Laila Oktavianingrum

Muhammadiyah telah berusia 108 tahun. Sejak kelahirannya pada 18 November 1912, Muhammadiyah terus menunjukkan eksistensinya. Dengan tujuan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah terus melancarkan aksi dan ikut berkontribusi dalam berbagai bidang di antaranya dakwah, pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan.

Pendirian lembaga pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia sebagai kontribusi konkrit dalam bidang pendidikan, kini bahkan merambah mancanegara dengan berdirinya UMAM (Universitas Muhammadiyah Malaysia). Ada Majelis Tarjih sebagai bentuk keseriusan dalam gerakan dakwah, kemudian layanan kesehatan baik klinik maupun rumah sakit sebagai wujud implementasi gerakan bidang kesehatan, dan Lazismu salah satu alat gerak bidang sosial.

Mampu mempertahankan pergerakan selama satu abad dan kini memasuki abad kedua merupakan pencapaian luar biasa. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern terbesar di Indonesia mampu konsisten menjaga derap langkah dalam meraih cita-cita yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Berbagai zaman sudah dilalui dengan problematika masing-masing. Lain dulu lain sekarang. Abad kedua ini menguatkan komitmen untuk melakukan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Dalam melakukan gerakan pencerahan, Muhammadiyah mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) menjadi transformasi (perubahan dinamis). Hal ini merupakan bentuk penyesuaian terhadap perkembangan zaman, melihat kondisi dan situasi hari ini yang menuntut fleksibilitas dan mampu bergerak ke segala arah. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan sebisa mungkin terus berupaya untuk beradaptasi dengan zaman dengan tetap berpedoman Al Qur’an dan Hadits.

Muhammadiyah sebagai organisasi tidak lepas dari kegiatan perkaderan dalam rangka terus membumikan ideologi dan mewujudkan cita-cita persyarikatan. Berbicara terkait perkaderan maka di dalamnya terdapat kader sebagai bagian penting dari sebuah organisasi. Jika diibaratkan tubuh, kader adalah jantung  dari sebuah organisasi. Perannya sangat penting bagi keberlangsungan organisasi.

Jika jantung di dalam tubuh berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh, maka kader untuk memompa segala ilmu dan pemahaman yang akan mengalirkan kebermanfaatan ke segala lini dalam rangka mewujudkan cita-cita tidak hanya persyarikatan, tetapi juga bangsa Indonesia. Jika jantung berhenti berdetak, pupus sudah segala harapan, sia-sia sudah segala perjuangan para terdahulu karena tidak ada lagi sosok-sosok yang meneruskan perjuangan.

Dua tahun terakhir ini, seluruh dunia dihadapkan dengan pandemi Covid-19 yang berimbas pada lumpuhnya segala sektor. Muhammadiyah sebagai organisasi yang dianggap memiliki semuanya, memiliki gerakan di berbagai sektor turut merasakan imbasnya.

Dalam perjalanannya, tantangan demi tantangan datang silih berganti. Munculnya pandemi menjadi salah satu tantangan bagi Muhammadiyah yang belum lama ini menginjakkan kaki di abad kedua. Laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seakan-akan berjalan sangat cepat, dengan adanya pandemi covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi pergerakan dan perkaderan Muhammadiyah.

Perkaderan Muhammadiyah adalah sebuah sistem. Maksudnya adalah bahwa kader dan kaderisasi Muhammadiyah adalah sebuah rangkaian dari banyak komponen yang saling terkait dan membentuk suatu totalitas. Berbagai organisasi otonom Muhammadiyah mulai dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), hingga Nasyiatul ‘Aisyiyah turut merasakan tantangan tersebut.

Segala hal yang terjadi hari ini cenderung berbasis teknologi dan media digital. Banyak agenda yang dengan berat hati harus berpindah sistem dari luring menjadi daring atau bahkan dibatalkan karena memang situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk diadakan.

Tantangan lain yang hadir dari sumber daya manusia terletak pada proses perkaderan. Bagaimanapun kondisinya, perkaderan harus tetap dijalankan meskipun situasi dan kondisi tidak seperti diharapkan. Tentu dengan maksud agar kaderisasi tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan seharusnya.

“Keberlangsungan sebuah organisasi dalam jangka panjang dengan pencapaian hebat itu pasti ditopang kualitas para kadernya,” ujar Salmah, Ketua Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA) . Generasi milenial hingga generasi Z yang bisa dikatakan menguasai era ini tentu lebih paham arus dan gelombang yang disajikan saat ini. Terkait pergerakan dan perkaderan Muhammadiyah, pada akhirnya cenderung memanfaatkan teknologi sebagai langkah transformasi yang riil dari Muhammadiyah.

Bukan Muhammadiyah jika terus terpaku pada keadaan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan, gerakan pembaharuan, dan gerakan pencerahan tentu sebisa mungkin menghadirkan solusi dan inovasi untuk menjawab tantangan zaman. Dalam hal perkaderan, ‘Aisyiyah selaku ortom khusus Muhammadiyah mengembangkan sistem perkaderan berbasis IT. DPD IMM DIY juga menerbitkan panduan perkaderan di masa pandemi sebagai acuan perkaderan agar tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam hal pergerakan, Muhammadiyah tetap berupaya untuk berkontribusi di segala sektor. Kiprahnya bisa langsung dilihat di media digital baik website maupun media sosial. Pendirian MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center) sebagai langkah konkrit edukasi pencegahan dan penanggulangan Covid-19, kegiatan donasi yang terus bergerak melalui Lazismu guna membantu masyarakat terdampak pandemi ataupun yang memiliki kesulitan finansial lain, dukungan terhadap percepatan vaksinasi di RS PKU Muhammadiyah maupun kampus-kampus Perguruan Tinggi Muhammadiyah/’Aisyiyah, dan masih banyak lagi pergerakan yang dilakukan. Harapannya agar Muhammadiyah senantiasa amar ma’ruf nahi munkar dalam berbagai hal dan terus menunjukkan eksistensinya baik melalui pergerakan maupun perkaderan di Muhammadiyah. (*)

*Penulis adalah mahasiswa Prodi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dan anggota Bidang RPK IMM Rosyad Sholeh UNISA

DAFTAR PUSTAKA

  1. Nashir, Haedar. (2018). Kuliah Kemuhammadiyahan 2. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
  2. ‘Aisyiyah Pusat. (2021). Jawab Tantangan Situasi, MPK ‘Aisyiyah Kembangkan Sistem Perkaderan Berbasis IT. Diakses pada 23 Agustus 2021, dari https://aisyiyah.or.id/topik/jawab-tantangan-situasi-mpk-aisyiyah-kembangkan-sistem-perkaderan-berbasis-it
  3. Furqoni, Ridwan. (2016). STUDI KRITIS TERHADAP SISTEM PERKADERAN MUHAMMADIYAH Sebagai Sistem Penyiapan Kader Muhammadiyah. Diakses 22 Agustus 2021 dari http://eprints.ums.ac.id/45790/15/12.%20Naskah%20Publikasi.pdf
  4. Zuhron, Gus. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Diakses pada 22 Agustus 2021, dari

https://adoc.pub/sistem-perkaderan-muhammadiyah.html

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here