Menerima Penghargaan MDMC
Oleh: Sudibyo Markus
“A Self
Will never be a Self
Without another Self”
(Martin Luther King)
Tak dinyana, pada hari Jum’at, 31 Januari 2020 lalu, saya mendapat kehormatan dari Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah atau MDMC.
Saya diminta hadir dalam acara pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MDMC di Hall AR Fachruddin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Di tengah acara pembukaan tersebut, diacarakan pemberian penghargaan kepada saya yang mereka sebut sebagai perintis atau “pendiri” MDMC.
Memang, saya sudah mendalami masalah kebencanaan sejak tahun 1987 dan 1990, ketika bencana “belum musim” di Indonesia. Bahkan, pernah diprotes PDM Lampung ketika sebagai Sekretaris UN Disaster Management Coordinator Jakarta mengajarkan kebencanaan di pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah.
“Tak ada hubungan antara Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan bencana,” protes sang Ketua PDM Lampung.
PENGHARGAAN ?
Bahwa saya kemudian diberi penghargaan oleh MDMC karena dianggap “pendiri, pelopor atau perintis” MDMC itu menimbulkan tanya tanya. Karena, memberikan penghargaan kepada kader itu bukan tradisi di dalam Muhammadiyah yang menganjurkan para kadernya melaksanakan tugasnya secara lillah.
Terlebih, kalau yang saya kerjakan seperti mengurus korban tsunami Aceh (2005-2008) atau mengirim tim medis ke jalur Gaza (2009) tersebut, atau pendirian Humanitarian Forum Intrrnational (London, 2006) dan HF Indonesia (2007). Semua tugas organisasi itu hanya sekadar saya laksanakan.
APRESIASI KE MDMC/LPB
Sehingga dalam “testimoni” yang saya sampaikan ketika mendapat “penghargaan” tersebut oleh mas Budi Setiawan, ST, Ketua LPB/MDMC, saya kemukakan bahwa kehadiran saya ke Rakernas II MDMC di UMY tersebut lebih banyak merupakan apresiasi saya atas prestasi, inovasi dan dinamika segenap pimpinan dan jajaran MDMC yang telah mereka kembangkan dan capai.
Bukan rahasia lagi bahwa LPB/MDMC merupakan tulang punggung dan kebanggaan sistem kebencanaan Indonesia.
Dalam banyak hal, seperti kasus Nepal dan Cox Baxar Banglades dan Rakhine Myanmar, MDMC adalah tim yang dihandalkan.
Terlebih, kini MDMC dalam proses menjadikan dirinya sebagai satu-satunya Emergency Medical Team (EMT) yang diakui WHO di Indonesia sehingga EMT MDMC diijinkan WHO untuk bergerak ke semua negara yang memerlukan.
Kita wajib bangga kepada MDMC sebagai satu sayap Muhammadiyah untuk melebarkan kepak sayap gerakannya ke dunia internasional.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow