Pesan Penting dari Karangkajen Yogyakarta
Oleh: Imam Sujangi
Kemarin, Bang Sandi berziarah ke makam dua tokoh umat sekaligus pahlawan nasional.
Pertama ke makam KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Ke dua ke makam Prof Lafran Pane, pendiri HMI.
Dua tokoh tersebut dimakamkan di belakang Masjid Jami’ Karangkajen. Dan, Karangkajen sendiri dikenal sebagai kampung perjuangan umat Islam. Oleh karena menjadi basis perjuangan umat Islam sejak dulu.
Bagi HMI, kampung Karangkajen adalah tempat sangat bersejarah. Sebab, menjadi tempat berlindung dan menyusun kekuatan ketika HMI hendak dibubarkan oleh rezim Orde Baru.
HMI (MPO) masa itu, tetap istiqamah mempertahankan Islam sebagai asas organisasi. Merasa aman dan tenang di Karangkajen karena mendapat perlindungan dari warga sekitar.
Saya membaca, kunjungan Bang Sandi lebih dari sekadar kunjungan ziarah semata. Namun lebih jauh, Bang Sandi seperti sedang mengambil inspirasi dan semangat dua tokoh tersebut dalam perjuangan.
Inspirasi dua tokoh tersebut sangat banyak. Mari kita bahas dari KH Ahmad Dahlan. Beliau terkenal dengan gerakan dakwah melalui pemurnian akidah umat, tokoh yang memajukan pendidikan dan kesehatan umat serta pendorong gerakan sosial untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
Gerakan dakwah Muhammadiyah yang dibentuk KH Ahmad Dahlan membawa pencerahan, lantas memajukan umat Islam dari kejumudan akidah dan kebodohan berpikir.
Gerakan Muhammadiyah telah berperan besar dalam meraih, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan.
Soekarno, Jenderal Soedirman dan Ki Bagus Hadikusumo adalah beberapa tokoh yang mendapat didikan Muhammadiyah.
Dewasa ini, kehadiran Muhammadiyah sangat identik dengan dunia pendidikan dan kesehatan. Coba saja hitung lembaga pendidikan yang memiliki nama Muhammadiyah, jumlahnya akan sangat banyak. Demikian juga dengan bidang kesehatan. Banyak rumah sakit, klinik, rumah bersalin dan balai pengobatan yang didirikan Muhammadiyah. Semuanya itu untuk membantu kesehatan umat.
Dan peran Muhammadiyah untuk kemajuan negeri ini tidak perlu disangsikan lagi.
Pak Lafran Pane dan rekan-rekan mahasiswa mendirikan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) dengan tujuan mendidik dan melahirkan kader umat, yang memiliki kemampuan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab terhadap terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT (visi HMI).
Berdiri pada 5 Februari 1947, HMI prihatin dengan kondisi umat Islam yang tertinggal dalam segala bidang pada masa awal kemerdekaan.
Yang kemudian ditekankan oleh HMI waktu itu adalah membentuk kader, yang tidak hanya pandai secara akademik, namun juga memiliki kepedulian terhadap nasib umat dan bangsa. Karena HMI percaya bahwa maju dan mundurnya umat Islam Indonesia sangat menentukan maju dan mundurnya bangsa Indonesia.
Banyak jebolan HMI menjadi tokoh yang dikenal masyarakat. Nama-nama seperti: Nucholish Madjid, Jusuf Kalla, Akbar Tandjung, Mari’e Muhammad, Fuad Bawazir, Beddu Amang, Sa’adilah Mursid, Deliar Noer, Amien Rais, Jimly Assiddiqi, Yusril Ihza Mahendra, Kuntowijoyo, Mahfud MD, HMS Mintaredja, M Sanusi, Ridwan Saidi, AM Fatwa, Hamzah Haz, MS Kaban, Egi Sudjana, Tamzil Linrung, Anies Baswedan, Anas Urbaningrum, Bambang Wijayanto, Ahmad Yani, Abraham Samad dan Chusnul Mar’yah adalah beberapa di antaranya.
Dengan latar belakang dua tokoh tersebut, Bang Sandi sedang mengambil bekal untuk memperjuangkan nasib umat dan bangsa.
Pada waktu selesai berdoa untuk pak Lafran Pane, Bang Sandi mengucapkan kata “Yakusa“, yang bagi kader HMI merupakan kata sakti kepanjangan dari “yakin usaha sampai”. Dan kalimat itu adalah penyemangat perjuangan kader.
Dalam kesempatan tersebut, Bang Sandi juga mendapatkan cindera mata berupa pedang yang diserahkan oleh Tofani Pane, cucu pak Lafran Pane. Ketika menyerahkan pedang tersebut, Tofani Pane menyampaikan pesan: kalau pedang tersebut dibuat oleh salah satu UMKM.
Oleh sebab itu, ketika menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia masa jabatan 2019-2024 nanti, Bang Sandi diharapkan terus memperjuangkan nasib UMKM agar semakin berperan dalam perekonomian kita secara nasional. Setelah cukup mengambil bekal perjuangan, Bang Sandi dan rombongan shalat Jum’at. Sang khatib menyampaikan, saat menjadi pemimpin, seorang hamba harus selalu ingat kepada Allah SWT, tidak sombong, apalagi takabur seperti Fira’un. Selain itu, pemimpin juga harus menjaga keadilan dan kebenaran untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha dari Allah SWT.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow