Bermuka Dua Itu Munafik Tulen

Bermuka Dua Itu Munafik Tulen

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Heru Prasetya*

ADA pernyataan menggelitik disampaikan Esteban Navaro, salah satu karakter dalam film seri CSI Miami S10 ditayangkan Fox Crime. “Saya akan kembali bekerja. Pelaku pembunuhan sudah ditangkap. Masyarakat tidak perlu khawatir lagi akan adanya pembunuhan berantai,” kata Navaro usai dilepaskan polisi, kepada wartawan yang mencegatnya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Intonasinya pelan, penuh kesabaran, dan kebijaksanaan. Tidak ada raut kemarahan maupun kejengkelan. Padahal sesaat sebelum itu ia masih dalam “tahanan” polisi. Dalam investigasi kepolisian, Navaro sangat dicurigai sebagai pelaku pembunuhan berantai, atau paling tidak menjadi otak tindakan kriminal tersebut.

Melalui ayah dan pengacaranya, Navaro bisa memberi alibi bahwa pada malam kejadian  berada di tempat berbeda. Bukan hanya itu, pada saat hampir bersamaan muncul seseorang mengakui sebagai pelaku. Dari kronologi yang diberikan dan cek suara, orang ini “patut” sebagai pelaku. Suaranya sama dengan rekaman suara yang diberikan pengacara Navaro.

Sayangnya, ketika di dalam tahanan orang yang punya kemiripan suara tadi ditemukan tewas bunuh diri. Belakangan diketahui bahwa itu bukan bunuh diri, tapi dibunuh oleh seseorang yang berhasil menyelinap ke dalam tahanan. Pelaku pembunuhan dalam tahanan ini adalah sopir pribadi Esteban Navaro.

Film pun selesai. Penonton dipersilakan menyimpulkan sendiri. Sebagai salah satu penonton, kesimpulan saya tentang seri tersebut adalah adanya konspirasi untuk membebaskan Navaro dan memberi kesan bahwa dia legawa, mau menerima perlakuan apa saja demi ketenangan dan ketenteraman hidup masyarakat umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti konspirasi adalah komplotan, persekongkolan. Sedangkan wikipedia menulis teori persekongkolan atau teori konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory) adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan sering kali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh.

Kata “komplotan” dan “persekongkolan” sudah menunjukkan bahwa yang terlibat tidak hanya satu orang, bahkan bisa lebih dua orang. Dua kata tersebut bergandeng erat dengan adanya jaringan yang sama-sama melindungi, bisa jadi memperoleh keuntungan (sesaat) atau tidak memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Tapi pasti untuk keuntungan orang (kelompok) yang dilindungi. Dalam kasus di atas, pihak yang dilindungi adalah Esteban Navaro dan jaringan bisnisnya.

Jika dirunut jalinan cerita film tersebut, sebenarnya penonton bisa mengambil kesimpulan sama, yakni Navarolah pelaku utama pembunuhan berantai. Misalnya, ada perempuan (saya lupa siapa namanya) yang mengaku kepada teman dekatnya bahwa ia baru saja didatangi Esteban Navaro dan diancam dengan senjata agar memberi kesaksian pada malam kejadian pembunuhan Navaro bersama dirinya. Sampai akhir film, kesaksian perempuan itu tidak pernah disampaikan ke polisi. Sebuah kesengajaan yang menjadikan film tampil lebih menarik, mengaduk-aduk emosi penonton yang sengaja diberitahu siapa sebenarnya Navaro tapi tidak dipakai untuk menyelesaikan masalah. Penonton gemes.

Munculnya peran muka dua (atau bahkan lebih) seperti Navaro biasanya mengambil dari kehidupan nyata, bahkan memang benar-benar ada orang seperti itu. Lagaknya bijaksana, tapi sebenarnya sekadar bijak (atau bajak) sini. Pura-pura tahu, sebenarnya tidak tahu. Pura-pura demi kepentingan masyarakat umum, padahal sekadar untuk diri sendiri atau kelompoknya. Pura-pura bersyukur karena penjahat tertangkap, padahal dia tahu betul bahwa dia sendirilah penjahat sebenarnya.

Dalam bahasa Islam, orang-orang seperti Navaro dan gerombolanya bisa disebut munafik. Hadits diriwayatkan Imam Muslim dari Abdullah bin ‘Amr r.a., menyebutkan bahwa “Rasulullah Muhammad SAW bersabda: Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda itu, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut. Yaitu jika diberi amanat, khianat; jika berbicara, berdusta; jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; jika berselisih, dia akan berbuat zalim.”

Dalam Al Qur’an Surat An Nisaa’ ayat 145, Allah SWT berfirman: “Sungguh, orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”

Andai saja saya hanya menonton ending film tadi, maka akan mempercayai pernyataan Esteban Navaro yang lembut, sabar, dan berwibawa, bahwa dia bukan pelaku pembunuhan berantai. Untungnya saya nonton dari awal sampai akhir, sehingga apapun yang diomongkan Navaro tidak lagi percaya, karena dia benar-benar bermuka dua, pendusta, munafik tulen.

Semoga menjadi hikmah di bulan Syawal, setelah berpuasa penuh di bulan Ramadhan.

Wallahu a’’lam.


*Tim Redaksi mediamu.com

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait