Farhan AR Fakhruddin: Memimpin dengan Teladan dan Pengorbanan
Oleh: Jamaludin Ahmad
Sehabis subuh, ustadz Rohyadi Anwar, Direktur SDI Bindatra RSIJ CP kirim WA ke saya, yang mengabarkan bahwa ustadz Farhan AR wafat.
Kami sekeluarga kaget karena tiba-tiba dapat kabar duka tanpa ada informasi bahwa beliau sakit.
Selama belasan tahun, kami sama-sama tinggal di Depok, Jawa Barat. Dan selama belasan tahun pula kami sama-sama berjuang melalui persyarikatan Muhammadiyah di Depok.
Pak Farhan ketua Pimpinan Daerah Muhamadiyah (PDM) Depok, sedangkan saya waktu itu seorang Pamen Polri yang bertugas di Polda Metro Jaya dan tinggal di Sawangan, Depok, tidak jauh dari Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah “Darul Arqom” Depok.
Ketika tugas di Polda Metro Jaya itulah saya sering mengunjungi pesantren tersebut dan kemudian bertemu dengan pak Farhan AR.
Waktu itu, Pesantren Darul Arqom kondisinya benar-benar sangat memprihatinkan. Pesantren yang pernah memiliki santri ribuan tersebut, kemudian tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan pesantren Darul Arqom hampir jatuh ke tangan NII KW 9 pimpinan Panji Gumilang.
Lama-kelamaan, pesantren ini betul-betul hancur dan tinggal beberapa puluhan orang santri yang tetap tinggal di pondok. Karena memang mereka sudah tidak punya siapa-siapa lagi, kecuali tetap tinggal di pesantren.
Dalam kondisi pesantren terpuruk inilah pak Farhan mengajak saya untuk membangun dan membangkitkan kembali pesantren Darul Arqom Sawangan.
Karena status saya waktu itu masih sebagai anggota Polri, maka saya belum bisa maksimal membantu pak Farhan.
Alhamdulillah, setelah saya resmi pensiun dini sebagai Pamen Polri, maka kesempatan berjuang bersama beliau semakin leluasa. Amanah saya sebagai Direktur SDI Bindatra di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih (RSIJCP) sekaligus sebagai Ketua Lazismu RSIJCP memungkinkan saya untuk membuat program bersama pak Farhan AR selaku ketua PDM Depok.
Akhirnya, RSIJ dan Lazismu RSIJ menjadi semacam bapak asuh bagi Pesantren Darul Arqom Depok.
Setelah RSIJCP dan Lazismu bekerjasama dengan PDM Depok dalam membangkitkan kembali pesantren Darul Arqom, maka pak Farhan AR semakin semangat untuk menghidupkan kembali pesantren Darul Arqom.
Siang-malam beliau pikirkan dan perhatikan pesantren ini agar hidup kembali. Ketika kondisi pesantren sedang terpuruk dan banyak masalah, hanya pak Farhan AR yang betul-betul peduli dari pengurus PDM Depok.
Beliau lakukan apa saja, yang penting amal usaha milik persyarikatan Muhammadiyah ini hidup dan bangkit kembali. Beliau keluarkan uang pribadinya, bahkan sampai tidak mempedulikan diri sendiri.
Salah seorang putri beliau ditugaskan berjuang dengan mengajar di pesantren ini.
Pernah suatu malam, sekitar pukul 23.00 WIB ketika saya baru pulang kerja, saya sempatkan menengok pesantren. Apa yang saya saksikan? Pak Farhan AR seorang ketua umum PDM Depok sedang tidur sendirian di atas meja sekolah, yang sehari-harinya dipakai belajar para santri. Beliau tidur tanpa bantal sama sekali.
Masya Allah, benar-benar pemimpin yang memimpin dengan keteladanan dan pengorbanan. Air mataku jatuh satu per satu membasahi pipi, menyaksikan pemimpinku yang sangat bersahaja.
Pak Farhan memang contoh keberhasilan pak KH AR Fakhruddin dalam mendidik putra-putrinya.
Ustadz Farhan AR betul-betul putra KH AR Fakhruddin secara biologis maupun secara ideologis.
Memang, pak AR Fakhruddin adalah salah satu contoh pimpinan persyarikatan Muhammadiyah yang seluruh putra-putrinya tetap jadi aktivis dakwah melalui persyarikatan Muhammadiyah.
Keberhasilan pak AR Fakhruddin mengkader putra-putrinya berjuang di persyarikatan Muhammadiyah sudah sepantasnya kita teladani.
Saat ini, banyak pemimpin persyariktan Muhamadiyah dari tingkat ranting hingga pimpinan pusat yang abai, atau bahkan gagal mendidik dan mengkader putra-putrinya untuk aktif di persyarikatan Muhammadiyah maupun ortom-ortomnya.
Pak Farhan menyekolahlan seluruh putri beliau — memiliki tiga orang putri — di pondok pesantren Darul Arqom Garut, Jawa Barat, dengan harapan kelak setelah lulus dan berprofesi apapun tetap berjuang dan berdakwah melalui persyarikatan Muhammadiyah.
Pak Farhan dan bu Farhan memang suami-istri yang sangat memperhatikan pendidikan putri-putrinya, disekolahkan di sekolah kader, dididik untuk aktif di ortom, dididik untuk mampu prihatin dan mandiri.
Bahkan, putri-putri pak Farhan di sela-sela kuliah, biasa jualan makanan di kereta KRL Bogor-Jakarta, juga jualan berbagai barang secara langsung maupun secara online. Dan mereka menjalani semuanya dengan senang hati dan penuh senyuman.
Pak Farhan AR di mata saya adalah sosok pribadi yang langka. Pada sosok ini terkumpul sifat-sifat mulia ajaran Rasulullah SAW yang benar-benar beliau praktekkan, di antaranya: sifat ramah dan lemah-lembut, memegang teguh prinsip-prinsip kehidupan, disiplin, memudahkan urusan, memimpin dengan memberikan contoh teladan, sederhana bahkan zuhud, suka silaturrahim, berkorban dengan harta dan jiwanya, selalu husnudhon, sangat menghormati bahkan memuliakan orang lain, aktif berdakwah, aktif mendatangi majelis ilmu/pengajian, sangat menyayangi istri dan putri putrinya dan seterusnya.
Tentang sifat ramah dan sabarnya, tanyakan pada semua aktifis Muhammadiyah di Depok atau teman-teman beliau yang pernah sama-sama bekerja dengan beliau semasa masih menjadi pegawai di Badan Penanaman Modal.
Beliau selalu tersenyum kepada siapapun. Beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Kalau suatu program sudah disepakati dan diputuskan, namun tidak ada yang melaksanakan, maka pak Farhan tidak pernah canggung untuk melakukannya sendirian.
Beliau berprinsip: sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya di mata Allah SWT. Termasuk setiap orang yang sudah menyanggupi sebagai pengurus Muhammadiyah.
Beliau akan selalu datang pada acara rapat selama beliau tidak sakit atau ada udzur yang dibenarkan secara syar’i. Pak ustadz Farhan AR, rapat di Muhammadiyah bukanlah sekadar acara organisasi. Tapi rapat di persyarikatan Muhammadiyah adalah bagian dari ibadah dan jihad. Tidak hadir di rapat Muhammadiyah tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’i, sama dengan prajurit yang lari dari medan jihad.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow