Perjalanan Penyakit Covid-19
Oleh: Atoillah Isvandiary*
Saya akan coba menyederhanakan cerita. Agar tak bikin cemas, apalagi was-was, tapi tetap awas. Karena Covid-19 ini penyakit “rahasia ilahi” yang hingga kini masih bikin terkaget-kaget para ahli. Tapi kalau kita sikapi dengan pas, insya Allah kita akan tetap sehat jasmani dan rohani.
Untuk itu, harus paham betul bagaimana perjalanan penyakit ini. Meskipun kita semua masih belum paham betul, bagaimana sebenarnya ia bisa menular kesana-kemari?
Berawal dari hari ketika seseorang terinfeksi virus ini (hari 0, garis biru).
Nama virus penyebab Covid-19 ini adalah virus SARS-CoV-2. Ketika ia mulai menyelinap masuk ke dalam tubuh kita lewat hidung, mulut dan mungkin kelopak mata, maka virus ini mulai berkembang biak, tapi tak bikin kita merasa sakit. Bahkan, kita tak sadar kalau di dalam tubuh kita virus ini mulai memperbanyak dirinya dan mulai berperang dengan sistem imun kita yang di level sederhana.
Garis biru ini menggambarkan keberadaan virusnya. Coba lihat, semakin hari semakin tinggi. Artinya, virus SARS-CoV-2 ini semakin hari semakin banyak “kloning”-nya.
Nah, sepanjang garis biru ini, hari ke-0 hingga hari ke 28, bila kita diperiksa dengan PCR (dari hapusan lendir di tenggorokan dan pangkal hidung), maka hasilnya akan positif. Karena PCR ini fungsinya mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 ini. Jadi, walaupun kita sudah terinfeksi SARS-CoV-2, kalau diperiksa PCR-nya pada hari ke-29 atau lebih (artinya sebulan setelah terinfeksi), PCR-nya akan negatif karena virusnya sudah nggak ada.
Lho, virusnya sudah nggak ada? Serius? Iya. Virusnya sudah habis dibabat oleh sistem imun kita yang levelnya lebih tinggi, namanya antibodi.
Ada dua antibodi yang akan melawan virus Korona ini, yaitu IgM (garis hijau, mulai diproduksi tubuh kita pada hari ke-7 setelah infeksi) dan IgG (garis merah, mulai diproduksi pada hari ke-14, dua minggu setelah virus ini pertama kali masuk ke dalam tubuh kita).
Nah, gara-gara dua antibodi ini, atas ijin Allah SWT tentunya, jalannya pertempuran mulai berubah. Virus mulai kalah dan lama-lama habis di hari ke-28. Meskipun antibodi IgM sudah tidak lagi diproduksi tubuh di hari ke-21, tapi perjuangannya masih diteruskan oleh IgG sampai agak lama. Entah berapa lama. Tapi yang jelas, virusnya akan hilang lebih dulu sebelum produksi IgG habis.
Wah, berarti orang yang terinfeksi Covid-19 bisa sembuh total dong? Iya bisa. Tapi syarat dan ketentuan berlaku. Yaitu, kita tak punya penyakit yang membuat tubuh kita gampang dirusak virus SARS-CoV-2 ini, seperti kencing manis, darah tinggi, penyakit jantung, penyakit paru, dan usia kita nggak terlalu tua.
Dan jangan sampai Covid-19 yang kita derita sampai membuat radang paru atau pneumonia, karena risiko kematian jadi meningkat. Taruh kata nantinya sembuh, kalau sudah pneumonia, maka paru-paru kita akan cacat yang membuat nafas kita jadi gampang ngos-ngosan.
Tapi kok ada yang masih muda, nggak punya penyakit apapun, kok ya tetap meninggal dunia? Nah, itulah yang saya bilang: rahasia ilahi. Tapi itu tak banyak, hanya 20 persen. Sisanya, sekitar 60 persen yang bisa meninggal kena Covid-19 ini, ya yang seperti saya sebutkan di atas.
Nah, kembali ke grafik. Jadi, biasanya, gejala sakit Covid-19 ini akan mulai terasa pada hari ke-5 setelah terinfeksi. Karena yang menghadapi virus SARS-CoV-2 ini masih sistem imun ecek-ecek. Antibodi belum diproduksi.
Nah, karena antibodi belum diproduksi, kalau orang yang batuk dan demam serta nyeri telan bila diperiksa dengan rapid test di hari ke-0 hingga hari ke-6 tentu hasilnya negatif, karena berbeda dengan PCR yang memeriksa keberadaan virusnya, rapid test ini (umumnya) memeriksa kemunculan antibodi.
Jadi, kalau tidak diperiksa PCR, tapi diperiksa rapid test dan hasilnya negatif, jangan gembira dulu. Siapa tahu harinya belum pas. Karena itu, pemeriksaan PCR adalah pemeriksaan yang lebih akurat dibanding rapid test, walaupun lebih lama prosesnya.
Sampai kapan kira-kira orang yang terinfeksi Covid-19 diperiksa rapid test hasilnya positif? Ya “selamanya”.
Lho, katanya bisa sembuh? Iya. Makanya, kalau diperiksa rapid test dan hasilnya positif, jangan stress dulu. Coba lanjutkan dengan pemeriksaan PCR.
Kalau ternyata pemeriksaan PCR-nya positif, berarti Anda sedang terinfeksi Covid-19 dan virusnya masih ngendon di tubuh Anda. Kalau gejalanya nggak parah, maka istirahat, minum vitamin C, dan tetap di kamar. Jangan keluyuran meskipun di dalam rumah, karena orang tua kita bisa tertular dan bisa saja gejalanya lebih parah dan bahkan sampai mengancam jiwa mereka. Karena usia mereka lebih tua. Apalagi keluyuran ke pasar, ke masjid, dan ke tetangga.
Dan jangan stress. Ketenangan, kegembiraan, dan ketawakkalan sangat membantu penyembuhan. Tapi kalau ternyata saat hasil rapid test Anda positif dan setelah dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR ternyata hasilnya negatif, selamat! Anda sudah terinfeksi Covid-19, paling sebentar 1 bulan yang lalu, tapi penyakitnya udah lewat, dan virusnya sudah hilang, dan Anda dapat bonus kekebalan (insya Allah) terhadap Covid-19 ini berupa antibodi anti-Covid-19 yang insya Allah akan bertahan lama (garis merah).
Tapi ingat. Cerita ini hanya bagi yang bukan risiko tinggi seperti yang saya sebut di atas ya. Jadi kalau Anda masih muda, nggak penyakitan, ingatlah Anda bisa tetap sehat meskipun terinfeksi Covid-19. Tapi Anda menjadi orang yang paling berbahaya bagi orang tua dan kakek-nenek Anda karena bisa saja Anda jadi orang yang terinfeksi dan tidak muncul gejala sehingga tanpa sadar dan tanpa rasa berdosa bisa membunuh orang tua dan kakek-nenek Anda dengan virus yang Anda bawa pulang ke rumah.
Itulah sebabnya, mengapa Anda diminta untuk tetap di rumah dan memakai masker ketika terpaksa ke luar rumah. Bukan hanya untuk Anda. Tapi untuk anak-istri dan orang tua di rumah. (*\)
*Dosen FKM Universitas Airlangga Surabaya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow